TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan bipolar tengah ramai dibicarakan setelah aktris Marshanda mengungkap kisahnya di acara Q&A Metro TV, Ahad, 27 Oktober 2019. Bipolar merupakan sebuah kondisi yang menampilkan perubahan ekstrem pada suasana hati dan naik turunnya energi serta tingkat aktivitas yang membuat kehidupan sehari-hari menjadi sulit. Gangguan ini dulunya lebih dikenal sebagai depresi manik, yang merupakan penyakit mental serius.
Jika tidak ditangani dengan baik, gangguan bipolar akan merusak hubungan sosial, jenjang karier, dan pendidikan penderitanya. Dalam beberapa kasus, gangguan ini bahkan dapat menyebabkan bunuh diri.
Baca Juga:
Sekitar 2,9 persen orang Amerika didiagnosis mengidap gangguan bipolar dan sekitar 83 persen kasusnya digolongkan sebagai kasus yang parah. Penyakit mental ini umumnya terjadi pada usia 15-25 tahun, walaupun dapat terjadi pada segala usia baik perempuan maupun laki-laki.
Seorang pengidap gangguan bipolar akan mengalami fase mania atau hipomania dan depresi, yang dapat menyebabkan psikosis. Fasenya dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan, dengan periode stabil di tengah-tengahnya. Gangguan ini dapat diredakan dengan mengonsumsi obat-obatan, namun butuh dosis yang tepat.
Ada tiga jenis gangguan bipolar, apa saja?
Gangguan Bipolar I
Penderita gangguan bipolar I dapat didiagnosis dengan ciri-ciri memiliki satu episode manik dan penderita sebelumnya memiliki episode depresi yang berat. Dokter harus menyingkirkan gangguan yang tidak terkait dengan bipolar, seperti delusi, skizofrenia, dan ganguan psikotik lainnya.
Gangguan Bipolar II
Pada diagnosis gangguan bipolar II, penderita mengalami lebih dari satu episode depresi dan hipomanik. Hipomanik merupakan keadaan yang lebih ringan ketimbang manik. Gejalanya adalah pola tidur yang kurang, menjadi kompetitif, dan penuh semangat.
Jenis gangguan bipolar II juga dapat melibatkan fase campuran dengan adanya gejala mood yang kongruen (halusinasi atau delusi yang topiknya konsisten meliputi ketidakcukupan, rasa bersalah, penyakit, kematian, nihilism, atau hukuman yang layak) atau gejala mood inkongruen (halusinasi atau delusi yang topiknya tidak mencakup tema-tema dalam mood kongruen).
Cyclothymia
Jenis gangguan bipolar yang satu ini melibatkan fase depresi tingkat rendah yang bergantian dalam beberapa periode hipomania. Para ahli mengklasifikasikan jenis ini secara terpisah dari gangguan bipolar, karena perubahan mood yang dialami tidak sedramatis seperti dalam gangguan bipolar.
Seseorang yang didiagnosis memiliki bipolar mendapatkan diagnosis seumur hidupnya. Penderita mungkin bisa memasuki periode stabil, namun mereka akan selalu memiliki diagnosis tersebut.
Gangguan bipolar bisa diredakan dengan terapi yang tepat. Perawatan bertujuan untuk mengurangi frekuensi manik dan episode-episode depresi agar mereka dapat menjalani hidup yang relatif normal dan produktif. Perawatan bipolar menggabungkan beberapa kombinasi terapi, termasuk obat-obatan dan intervensi fisik serta psikologis.
1. Perawatan dengan Obat-obatan
Perawatan gangguan bipolar dapat dilakukan dengan mengonsumsi lithium carbonate, yang merupakan obat jangka panjang, untuk mengobati episode depresi jangka panjang dan mania/hipomania. Lithium biasanya dikonsumsi selama setidaknya enam bulan.
2. Psikoterapi, CBT, dan Rawat Inap
Psikoterapi dapat membantu mengatasi gejala gangguan pada penderita bipolar. Jika penderita bisa mengidentifikasi dan mengenali beberapa pemicu utama, mereka akan mampu mengurangi efek sekunder dari kondisi tersebut. Ini dapat membantu mereka dalam mempertahankan hubungan positif di rumah dan di tempat kerja.
Sementara CBT adalah terapi perilaku kognitif yang berfokus pada individu dan keluarga. Terapi ini dapat mencegah gejala-gejala kambuh.
Rawat inap gangguan bipolar jarang dilakukan sekarang. Namun rawat inap sementara dapat disarankan jika ada risiko pasien untuk melukai dirinya sendiri atau orang lain.