TEMPO.CO, Jakarta - Saat lahir ke dunia, sebagian bayi dapat mengalami kelainan. Salah satunya adalah penis bayi laki-laki yang abnormal atau hipospadia.
Hipospadia adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan masalah pada lubang, kulup, atau bentuk penis. Kondisi ini merupakan cacat lahir yang dapat terjadi pada sebagian bayi. Jika bayi Anda menderita hipospadia, maka ia mungkin mengalami masalah sebagai berikut.
Pertama, lubang kencing (pembukaan uretra) bayi tidak terletak di ujung penis. Bahkan bisa berada di tengah atau bawah penis dekat dengan skrotum. Lalu, kulit kulup bayi terletak di belakang penis dan bukan di depan.
Selain itu terjadi pembengkokan yang tidak normal pada penis (chordee) bayi hingga memicu masalah seksual di usia dewasa. Saat kencing, bayi akan mengeluarkan percikan urine yang tidak normal.
Sebagian besar kasus hipospadia terbilang ringan karena lubang kencing hanya bergeser sedikit atau berada sedikit jauh dari ujung penis. Namun, pada sebagian kecil kasus, penyakit ini bisa juga parah hingga menyebabkan lubang kencing sangat jauh dari ujung penis.
Terkadang, hipospadia juga terjadi bersama dengan masalah bayi baru lahir lainnya, seperti hernia inguinalis dan testis yang tidak turun. Bayi dengan hipospadia biasanya didiagnosis segera setelah kelahiran. Namun, pergeseran lubang kencing yang sangat sedikit bisa membuatnya lebih sulit diidentifikasi.
Ketika penis berkembang di janin laki-laki, hormon-hormon tertentu akan merangsang pertumbuhan uretra dan kulup. Namun, terjadinya masalah pada aksi hormon-hormon ini dapat menyebabkan uretra berkembang secara tidak normal sehingga menimbulkan hipospadia.
Pada kebanyakan kasus, penyebab hipospadia tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, faktor genetik atau lingkungan dianggap berperan. Meski penyebab pasti hipospadia sebagian besar tidak diketahui, namun terdapat faktor risiko yang bisa memicu terjadinya hipospadia, yaitu:
1. Riwayat keluarga
Hipospadia sering terjadi pada bayi yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan ini.
2. Genetik
Variasi gen tertentu bisa berperan dalam gangguan hormon yang merangsang pembentukan alat kelamin laki-laki hingga memicu terjadinya hipospadia.
3. Ibu hamil di atas usia 35 tahun
eberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko hipospadia pada bayi laki-laki yang lahir dari ibu yang berusia di atas 35 tahun.
4. Terpapar zat tertentu selama kehamilan
Terdapat beberapa anggapan mengenai adanya keterkaitan antara hipospadia dengan ibu hamil yang terpapar senyawa tertentu, seperti rokok, pestisida, atau bahan kimia industri. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Mungkin Anda merasa khawatir bayi yang Anda kandung mengalami hipospadia. Namun, saat sedang hamil, Anda dapat mengurangi kemungkinan hipospadia pada bayi dengan berbagai cara, seperti berhenti merokok dan minum alkohol, menjaga berat badan tetap sehat, mengonsumsi asam folat untuk kesehatan kandungan, serta rutin melakukan pemeriksaan kehamilan pada dokter.