TEMPO.CO, Jakarta - Alat kontrasepsi intrauterine device atau IUD, yang dulu sering disebut dengan spiral, menjadi salah satu pilihan banyak wanita untuk mengatur jarak kehamilan. Alat ini tergolong tidak merepotkan karena sekali pasang bisa bertahan hingga lima tahun. Tapi, ternyata ada sebagian kecil orang yang merasa bahwa alat ini tidak efektif. Sudah pakai IUD tapi masih hamil juga.
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan Boy Abidin mengatakan, IUD merupakan penghalang agar sperma tidak mencapai sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Sel telur tetap ada dan akan luntur begitu tidak terjadi pembuahan.
“Tapi kalau sperma lincah atau galak, bisa tembus juga. Mungkin posisi IUD bergeser sehingga tidak efektif lagi mencegah,” kata dia di acara World Contraception Day The Power of Option: Ibu Milenial Cerdas dalam Merencanakan Keluarga dan Memilih Kontrasepsi Modern” yang diselenggarakan Bayer di Jakarta, Kamis, 26 September 2019.
Kemungkinan lain yang membuat IUD tidak efektif adalah terlepas. Meski jarang, alasan ini juga penting untuk dicermati. Menurut Boy, jika terlepas, IUD bisa keluar bersama darah haid tapi sering kali tidak disadari. Jadi sering kali pengguna tidak sadar bahwa ia sudah tidak memiliki IUD lagi sehingga terjadilah pembuahan.
“Jadi perlu dicek kalau darah haid banyak, mesti dicek apakah di dalamnya ada IUD,” ujar dia.
Selain itu, Boy mengatakan bahwa ukuran IUD dibuat standar. Sementara, ukuran rahim wanita berbeda-beda. Jadi ketika tidak pas, IUD juga bisa tidak efektif.
Untuk mencegah hal-hal tersebut, Boy menyarankan wanita yang memilih kontrasepsi IUD agar rutin control ke dokter kandungan. Idealnya, pengecekan dilakukan setahun sekali untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan semestinya.