TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar anak usia sekolah dasar enggan makan sayur dan buah. Kedua makanan sumber serat itu dianggap sebagai makanan yang kurang lezat dibandingkan dengan makanan lain, terutama sumber protein dan lemak. Tapi, orang tua biasanya tidak kehabisan akal menyuguhkan sayur pada anak, misalnya membuat nugget yang dicampurkan sayuran atau burger dengan sisipan selada.
Tapi rupanya taktik itu bukan cara yang baik untuk membiasakan anak memakan sayur. Chef Yuda Bustara mengatakan, biasakan anak memakan sayur apa adanya atau seperti bentuk aslinya. Jika itu wortel, suguhkan wortel potong yang telah dikukus. Begitu juga dengan brokoli atau selada. Ini juga untuk memperkenalkan mereka pada sayuran yang sesungguhnya.
“Jangan suka membohongi anak. Di luar negeri, orang membiasakan anaknya makan sayur apa adanya sayur dan buah apa adanya buah,” kata dia dalam acara “Pentingnya Pemenuhan Asupan Serat sejak Dini” di Jakarta, Selasa, 3 September 2019.
Biasanya orang tua menyisipkannya pada makanan lain agar anak makan sayur tanpa dia sadari. “Ketika di rumah dia mungkin makan sayur dari nugget dan burger yang sudah disisipi buah, tapi ketika di luar rumah, dia akan terbiasa makan nugget dan burger yang tanpa sayur. Sebab yang dia ingat, di rumah pun dia makan keduanya,” ujar Yuda.
Kalaupun anak tidak suka sayur dan buah, orang tua bisa memberikan minuman smoothies buah dengan campuran sayur. Itu cara paling mudah. Berbeda denggan jus yang umumnya diekstraksi, dengan mengambil sarinya dan membuang serat kasar, smoothies tetap menyertakan serat.
“Lebih bagus smoothies, kulitnya juga dimasukkan. Jeruk pun kalau mau seratnya lebih banyak, masukkan saja ke blender setelahd ibuang bijinya. Apel atau nanas juga bisa dibuat smoothies dan dicampur sayuran lain,” kata dia.
Kebutuhan serat pada anak sering kali diabaikan. Akibatnya, anak Indonesia umumnya kekurangan nutrisi itu. Sebuah studi terbatas di Jakarta menyimpulkan bahwa 9 dari 10 anak di Indonesia kekurangan serat.
Bukan hanya anak, orang tua pun mengalami hal yang sama. Menurut Riset Kesehatan dasar Kementerian Kesehatan 2018, sebanyak 95,5 persen penduduk Indonesia di atas 5 tahun kurang mengonsumsi sayur dan buah. Kekurangan serat dapat menyebabkan gangguan pencernaan, mood, hingga dalam jangka panjang bisa memicu kanker usus.
“Makanan Indonesia umumnya memang kurangs erat . Coba saja kalau makan ayam bakar, nasi segenggam, ayam segenggam, dan timun dan sayur lain masing-masing hanya satu iris,” kata dia.
Jadi, sebelum mengalami kekurangan serat di masa dewasa, biasakan anak mengonsumsi buah dan sayur sejak kecil.