TEMPO.CO, Jakarta - Diet rendah karbohidrat seperti keto dan paleo sangat populer saat ini. Jenis-jenis diet tersebut bisa menjadi cara yang ampuh untuk menurunkan berat badan yang cepat. Tapi ternyata ada risiko yang mengintai.
Penelitian terbaru yang dipresentasikan di Sesi Ilmiah Tahunan American Cardi Cardiology menunjukkan bahwa terlalu rendah karbohidrat mungkin terkait dengan detak jantung yang tidak teratur. Orang-orang yang bergantung pada karbohidrat kurang dari 45 persen dari kalori hariannya, berpotensi mengembangkan atrial fibrilasi (AFib), atau detak jantung yang tidak teratur
"Efek jangka panjang dari pembatasan karbohidrat masih kontroversial, terutama yang berkaitan dengan pengaruhnya terhadap penyakit kardiovaskular," kata Xiaodong Zhuang, MD, PhD, seorang ahli jantung dan penulis utama studi tersebut, seperti dilansir dari laman Women's Health.
Xiaodong Zhuang menambahkan dengan memperhatikan pengaruh potensial pada aritmia, penelitian ini menunjukkan metode pengendalian berat badan yang populer ini harus direkomendasikan dengan hati-hati. Meski begitu, penelitian ini hanya menunjukkan hubungan dan tidak membuktikan bahwa diet rendah karbohidrat menyebabkan masalah jantung.
Namun, hal ini tetap menjadi perhatian penting bagi Anda. Orang-orang dengan atrial fibrilasi memiliki risiko lima kali lebih besar mengalami stroke daripada mereka yang tidak. Para peneliti percaya bahwa karena pelaku diet rendah karbohidrat sering makan lebih sedikit buah, sayuran, dan biji-bijian dan semua sumber karbohidrat, sehingga mereka kehilangan manfaat anti-inflamasi dari makanan ini.
Selain itu, makan lebih banyak protein dan lemak dapat menyebabkan stres oksidatif, dikaitkan dengan atrial fibrilasi juga. Jumlah karbohidrat yang disarankan, menurut penulis penelitian: 45 hingga 52 persen dari kalori harian Anda — dengan diet 1.500 kalori, itu berarti sekitar 168 hingga 196 gram karbohidrat sehari.