TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah pil kontrasepsi. Tapi banyak ibu yang baru melahirkan enggan menggunakan metode ini karena khawatir mempengaruhi bayi dan produksi air susu ibu atau ASI. Benarkah?
Semua kontrasepsi hormonal umumnya aman digunakan oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Bayi yang disusui juga tidak akan terkena dampak negatifnya. Keraguan muncul ketika kontrasepsi hormonal disebut dapat mengurangi jumlah ASI yang diproduksi oleh ibu.
Pil kontrasepsi umumnya mengandung hormon estrogen dan progesteron. Sebagian ibu menyusui tidak mengalami masalah apapun saat menggunakan pil KB ini. Namun sebagian lainnya bisa saja mengalami penurunan produksi ASI, bahkan ada yang produksinya sampai terhenti akibat pengaruh hormon estrogen dalam pil KB.
Jadi, sebaiknya pilih pil kontrasepsi yang tepat. Khusus bagi ibu yang masih menyusui, ada pilihan pil kontrasepsi mini yang hanya mengandung progestin (bentuk sintetis dari hormon progesteron). Pil mini harus diminum setiap hari pada waktu yang sama, sehingga ibu menyusui akan mendapatkan dosis progestin yang sama tiap harinya.
Beberapa organisasi kesehatan, seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO), American Academy of Pediatrics, dan American College of Obstetricians and Gynecologists, telah menyepakati bahwa pil KB progestin cocok digunakan ibu menyusui.
Pil KB progestin tidak memengaruhi produksi ASI. Bahkan pada sebagian ibu menyusui, terjadi sedikit kenaikan jumlah ASI yang dihasilkan ketika menggunakan pil KB ini. Memang, progestin kemungkinan akan tetap masuk ke dalam ASI, tapi jumlahnya sangat kecil. Banyak penelitian hingga saat ini juga tidak menemukan bukti bahwa keberadaan sedikit progestin dalam ASI akan berdampak pada perkembangan bayi.
Bagaimana dengan efektivitasnya mencegah kehamilan? Penggunaan pil KB progestin bisa dibilang sebagai metode kontrasepsi yang 100 persen efektif apabila sang ibu masih memberikan ASI eksklusif, belum kembali menstruasi, dan enggunakan pil KB dengan tepat dan sesuai petunjuk.
Bagi para ibu yang ingin memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pada bayinya, disarankan untuk mulai menggunakan pil KB progestin pada enam minggu pasca-persalinan. Dalam periode waktu tersebut, produksi ASI diharapkan sudah stabil.
Namun, hubungan intim setelah masa nifas dianggap aman bagi ibu menyusui, meski tanpa kontrasepsi. Alasannya, ibu yang menyusui secara eksklusif tidak akan mengalami ovulasi dalam waktu di bawah enam minggu setelah melahirkan.
Lain halnya jika sang ibu memilih untuk memberikan susu formula pada bayinya. Pada kasus ini, ovulasi mungkin saja terjadi lebih cepat dan sebelum enam minggu. Karena itu, mereka disarankan untuk mulai menggunakan pil KB progestin pada tiga minggu pasca-persalinan.
Sama seperti penggunaan pil KB pada umumnya, efek samping pil KB untuk ibu menyusui bisa berupa spotting alias perdarahan ringan dari vagina. Waktu kemunculan spotting biasanya tak terduga.
Spotting biasanya muncul saat sang ibu lupa atau terlambat mengonsumsi pil. Saat sudah rutin menggunakan pil KB untuk beberapa waktu, efek samping ini akan hilang. Namun, penggunaan pil juga bisa menyebabkan menstruasi terhenti untuk sementara pada ibu menyusui.
Apapun jenis pil kontrasepsi yang akan Anda pilih, penggunaannya harus didahului dengan konsultasi dan anjuran dari dokter. Jadi, Anda bisa memperoleh informasi selengkapnya sekaligus menentukan metode KB yang tepat.