TEMPO.CO, Jakarta - Obstructive sleep apnea atau OSA disebutkan sebagai salah satu faktor risiko kanker. Wanita yang mengalami gangguan tidur ini memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker dibandingkan pria dengan kondisi yang sama.
Hal itu terungkap dalam penelitian yang diterbitkan di European Respiratory Journal, seperti dilansir Scince Dialy, 15 Agustus 2019. Penelitian ini menggunakan database Eropa ESADA dengan total sekitar 20.000 pasien dewasa dengan obstructive sleep apnea. Sekitar 2 persen dari mereka juga memiliki diagnosis kanker.
"Masuk akal untuk berasumsi bahwa sleep apnea adalah faktor risiko kanker atau kedua kondisi tersebut (sleep apnea dan kanker) memiliki faktor risiko yang sama, seperti kelebihan berat badan. Di sisi lain, kecil kemungkinannya kanker menyebabkan sleep apnea," kata Ludger Grote, Profesor di Universitas Gothenburg di Swedia, salah satu peneliti.
Menurut para peneliti, usia lanjut dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker. Tapi jenis kelamin, indeks massa tubuh (BMI), merokok dan konsumsi alkohol tetap menunjukkan hubungan yang mungkin antara hipoksia intermiten atau kekurangan oksigen di malam hari dan prevalensi kanker yang lebih tinggi. Koneksi ini berlaku terutama untuk wanita, sementara pada pria risikonya lebih kecil.
"Hasil kami menunjukkan risiko kanker meningkat dua hingga tiga kali lipat di antara wanita dengan sleep apnea," kata Grote.
Kondisi sleep apnea atau henti napas saat tertidur berhubungan dengan mendengkur, kelelahan di siang hari, dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, terutama pada pria, kata studi tersebut. Kini, gangguan tidur ini dikaitkan dengan kanker.
“Mungkin ada efek gabungan dari hormon seks wanita dan aktivasi stres, yang diinduksi oleh nokturnal hipoksia pada sleep apnea, yang dapat memicu perkembangan kanker atau melemahnya sistem kekebalan tubuh," Grote menyimpulkan.
SCIENCE DAILY | TIMES OF INDIA