TEMPO.CO, Jakarta - Para ibu menyusui, khususnya yang bekerja, mengeluhkan air susu ibu atau ASI perah rusak selama listrik padam akhir pekan lalu. Tak sedikit ASI yang terpaksa dibuang karena sudah tidak layak dikonsumsi. Hal yang membuat para ibu itu sedih, ASI perah itu didapat dengan susah payah. Mereka sengaja menyetok ASI agar bayi yang ditinggal di rumah tetap bisa mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan, meski ibunya bekerja.
Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia atau AIMI Nia Umar mengatakan bahwa ASI perah sebenarnya hanya sebuah opsi ketika ibu tidak bersama bayi karena satu dan lain hal. Tapi, yang terbaik tetaplah menyusui langsung. “Kalau mau diberikan bisa, tetapi kalau ibu bersama bayi sebaiknya ibu menyusui langsung saja,” kata dia kepada Tempo.co.
Persoalannya adalah ketika harus bekerja, ibu tak bisa menyusui secara langsung. Itu sebabnya, Nia mendukung cuti melahirkan diperpanjang agar ibu bisa menyusui secara langsung sehingga bayi bisa mendapatkan ASI eksklusif.
“Memang menjadi tantangan berat bagi ibu bekerja. Itulah mengapa kami di AIMI menekankan cuti maternitas tiga bulan tidak memadai. Sebab, bayi di bawah 6 bulan asupannya hanya bergantung pada ASI,” kata dia.
Opsi lainnya adalah menyediakan penyediaan tempat penitipan anak di tempat kerja. Jadi, meskipun bekerja, para ibu bisa lebih dekat dengan anaknya. Di sela-sela jam istirahat para ibu pun bisa menyusui secara langsung.
ASI perah yang dibekukan menjadi opsi terakhir ketika ibu harus bekerja. Hanya saja, banyak tantangan yang harus dihadapi ibu, termasuk yang di luar kendali seperti listrik padam. Ketika hal itu terjadi, Nia mengatakan ASI beku bisa diselamatkan dengan memastikan freezer tetap tertutup.
“Begitu nyala, segera bentengi stok ASIP dengan es batu balok lalu bisa ditambahkan kertas koran diremet-remet di sekitarnya supaya bisa menahan dingin,” kata dia.
Namun, ketika listrik padam dalam jangka waktu puluhan jam seperti akhir pekan lalu, kerusakan ASi perah tak dapat dihindari.