TEMPO.CO, Jakarta - Calon haji Indonesia, khususnya yang lanjut usia sebaiknya dilakukan tes minimental. Tujuannya untuk mengetahui tingkatan penyakit demensia atau kepikunan yang fenomenanya mulai terjadi. Begitu kata spesialis saraf dr. Andreas Harry SpS (K) .
"Paling mudah dengan 'minimental test' sehingga akan diketahui apakah normal, demensia ringan, sedang, ataupun berat," jelasnya.
Mengenai fenomena demensia yang terjadi pada calhaj Indonesia, ia menjelaskan bahwa ada sejumlah komponen kognitif "minimental test" dengan nilai normal 30. Ia mengemukakan pasien di tes dengan pertanyaan-pertanyaan yang bernilai, misalnya siapa nama Presiden RI dan lainnya.
Ilustrasi warga lanjut usia (Lansia). ANTARA/Aditya Pradana Putra
"Ada daftar bakunya dan kemudian di 'score', dan kemudian diketahui demensia ringan, sedang dan berat," kata ahli saraf lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang juga anggota "Advance Research Alzheimer's" Internasional itu.
Menurutnya, batas usia sporadis demensia adalah 65 tahun, 5 persen pada kelompok populasi 65 tahun sedangkan pada kelompok usia 70 tahun 10 persen.
"Dan setiap tahun meningkat dua kali lipat," katanya.
Kondisi itu terjadi akibat adanya faktor risiko, yaitu proses penuaan, seperti ada tanda stroke, diabetes, jantung, tidak berolahraga, diet daging berlebihan, tidak makan sayur, merokok, dan hipertensi
"Sebaiknya pasien demensia, khususnya mereka yang melaksanakan ibadah haji, mesti ada pendampingan," ujar Harry.