TEMPO.CO, Jakarta - Para lansia (60 tahun ke atas) tetap harus beraktivitas fisik rutin demi menjaga kebugaran tubuh sekaligus fungsi kognitif. Namun, hal ini harus mereka lakukan tanpa paksaan.
"Dia harus happy melakukannya. Kalau dipaksa, enggak ada signifikansinya," ujar dokter spesialis saraf Dr. dr. Yuda Turana, SpS., di Rumah Sakit Atma Jaya, Pluit, Jakarta.
Sebaiknya, ajak mereka melakukan aktivitas yang menyenangkan dan pilihannya beragam sesuai minat, mulai dari berjalan kaki hingga jogging. Mereka juga dapat melakukan senam khusus untuk lansia maupun aktivitas lain, seperti yoga dan tai chi.
Yuda, yang juga Dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UNIKA Atma Jaya, mengatakan hal serupa juga berlaku untuk kegiatan yang bermanfaat positif untuk kesehatan otak, seperti permainan yang mengutamakan kemampuan berpikir, misalnya sudoku. Mereka harus melakukannya tanpa paksaan agar bisa mendulang manfaat.
Artikel lain:
Cara Membedakan Lupa Biasa dengan Lupa Demensia
Benarkah Melajang Bisa Memicu Demensia?
Biasanya, saat seseorang memasuki masa lanjut usia atau mendekati usia 60 tahun, akan ada berbagai stresor yang hadir, misalnya karena tak lagi memiliki pekerjaan semapan dulu, mungkin tak lagi memiliki pasangan, hidup sendirian atau terpisah dari anak dan merasa sendirian. Merasa sendirian, lalu terjebak dalam depresi berbahaya karena bisa memicu munculnya demensia.
"Lansia merasa sendirian, hati-hati. Ini faktor (risiko munculnya demensia). Yakinkan dia enggak merasa depresi," kata Yuda.
Demensia, mengutip dari laman Alzheimer Indonesia, menggambarkan serangkaian gejala, seperti kehilangan memori, perubahan suasana hati, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah hingga bahasa. Kondisi ini terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit seperti Alzheimer dan serangkaian stroke.