TEMPO.CO, Jakarta - Jangan malas bergerak. Berbagai penyakit pun mengintai, salah satunya Parkinson.
Spesialis saraf dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, dr. Frandy Susatia SpS., mengatakan malas bergerak atau berolahraga bisa menjadi salah satu penyebab seseorang menderita penyakit Parkinson.
"Penyakit Parkinson itu terjadi karena kekurangan zat dopamin di otak. Biasanya terjadi pada orang yang malas olahraga atau bergerak," ujar Frandy.
Baca juga:
Bahaya Permainan Video bagi Otak, Parkinson dan Alzheimer
Pada mulanya, penderita Parkinson mengalami kekakuan, tangan atau kaki tiba-tiba bergetar, serta mengalami gangguan keseimbangan. Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang menyerang sel saraf di bagian otak yang bernama basal ganglia, yang berfungsi mengontrol gerakan tubuh.
Sel saraf membutuhkan neurotransmitter yang bernama dopamin dan acetylcholine dalam jumlah seimbang agar dapat memberikan sinyal ke sel untuk mengendaikan gerakan tubuh. Sementara penderita Parkinson akan mengalami kekurangan dopamin di dalam tubuhnya. Faktor penyebab lain penyakit itu yakni usia, keturunan, infeksi virus, dan paparan bahan kimia berbahaya seperti mangan, karbon disulfida, insektisida, trichloroethylene (Tce), dan perchloroethylene (Perc), yang merupakan bahan pelarut cat dan lem.
Meski banyak menyerang orang berusia di atas 60 tahun, tak jarang penyakit itu juga diderita generasi muda. Frandy menambahkan, untuk menghilangkan gejala penyakit itu, pasien akan melakukan beberapa tahap pengobatan.
Dr. Vahram Haroutunian memegang otak manusia. REUTERS/Carlo Allegri
"Tahap awal akan diberikan obat oral. Setelah konsultasi dengan dokter saraf, pasien juga bisa disuntik botoks ke dalam otot. Untuk jangka panjang, pengobatan menjadi kurang efektif, maka perlu dilakukan operasi stimulasi otak bagian dalam atau DBS," paparnya.
DBS adalah operasi untuk mengatasi tremor, kaku, dan gerak yang lambat. Teknik operasi ini dilakukan melalui penanaman elektroda pada area tertentu di otak bagian dalam. Elektroda tersebut dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber arus listrik.
Artikel lain:
Mahasiswa Iran Kembangkan Alat Penyembuh Parkinson
Rata-rata pasien merasakan peningkatan perbaikan motorik sekitar 75 persen hingga 87 persen setelah dioperasi pada keadaan tanpa obat. Operasi tersebut menjadi standar baku penyembuhan Parkinson yang mempermudah kesembuhan pasien. Bahkan tindakan ini sudah diakui Food Drug Administration di Amerika Serikat.
Spesialis Bedah Saraf Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas SpBS. menambahkan saat pasien Parkinson menjalani operasi stimulasi otak, sangat memungkinkan sel dopamine terangsang dengan baik.
"Setelah sel itu bekerja optimal, pengobatan dilanjutkan dengan obat-obatan agar efektif," kata Made.