TEMPO.CO, Jakarta - Anda sering mendengar kata motivasi, tapi pahamkah apa arti motivasi itu sesungguhnya? Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seseorang untuk mencapai tujuan. Tahun 1950-an merupakan periode perkembangan konsep-konsep motivasi.
Ada beberapa teori yang berkembang pada masa itu, seperti Teori Hierarki Kebutuhan, Teori X dan Y, serta Teori Dua Faktor. Definisi motivasi sendiri memiliki tiga elemen utama, seperti dikutip dari buku A Soul of Healing karya pakar pengobatan tradisional Cina, Master Wong. Ketiga elemen itu adalah:
Baca juga:
Aura Kasih Kerap Unggah Kalimat Motivasi di Instagram, Ini Isinya
#Intensitas (ukuran)
Intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan.
#Arah
Arah adalah upaya yang dikaitkan dengan hasil yang akan dicapai agar menguntungkan.
Baca Juga:
#Ketekunan
Ketekunan merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Teori motivasi yang paling terkenal adalah Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow. Ia membuat hipotesa bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dan lima kebutuhan, yakni:
1. Fisiologis
Rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lain.
2. Rasa aman
Rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.
3. Kasih sayang (sosial)
Rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan.
4. Penghargaan
Faktor penghargaan internal dan eksternal.
5. Aktualisasi diri
Pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri. Maslow memisahkan lima kebutuhan itu ke dalam urutan-urutan berikut, yang berbentuk piramid:
Artikel lain:
Irish Bella Senang Menyebarkan Motivasi di Media Sosial
#Kebutuhan paling bawah adalah kebutuhan fisiologis dan kemudian rasa aman.
#Di atasnya ada kasih sayang, penghargaan, dan di puncak pyramid adalah aktualisasi diri.
Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal, sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal. Teori kebutuhan Maslow telah mendapat pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif.
Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak mendapatkan dukungan yang kuat.