TEMPO.CO, Jakarta - Ilmu dan teknologi kedokteran berkembang pesat termasuk salah satunya adalah peremajaan vagina. Setidaknya ada tiga metode yang digunakan yaitu invasif, semi-invasif, hingga non-invasif yang biasanya menggunakan laser.
Baca: Bingung Bedakan Keputihan dan Cairan Miss V, Dokter Menjelaskan
Laser ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan kolagen dan elastin lebih cepat, lebih banyak, sehingga dinding vagina terasa lebih elastis, kenyal, dan kencang. Metode ini memanfaatkan frekuensi radio monopolar untuk menghasilkan panas yang akan 'melukai' dinding vagina agar terjadi akselerasi pertumbuhan kolagen tersebut.
Laser yang digunakan biasanya berfrekuensi 2.940 nanometer yang bekerja tepat sasaran hingga dinding vagina bagian dalam. "Tujuannya untuk meningkatkan suhu pada jaringan sasaran hingga di atas 40 derajat Celsius," kata Adelina Kautsar, dokter spesialis di Klinik BTL Aesthetics. Meski terkesan kejam, Adelina mengklaim tak ada rasa panas yang menyakiti organ intim perempuan selama prosedur dilaksanakan. Di dalam vagina, laser ini terasa hangat suam-suam kuku sehingga terasa nyaman.
Menurut Ni Komang Yeni, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, kolagen sangat penting bagi organ intim perempuan. Dia mengatakan area intim perempuan bersifat selalu elastis dan fleksibel karena adanya kolagen yang diproduksi secara alami oleh tubuh. "Tapi, seiring dengan bertambahnya usia, produksi kolagen jadi menurun sehingga berdampak pada hilangnya kekuatan dan fleksibilitas pada dinding vagina," kata dia.
Baca juga: 5 Hal Soal Miss V: Urusan Toilet Umum, Sabun, sampai CD Berenda
Selain karena usia, pelemahan tersebut disebabkan oleh persalinan normal dan tindakan bedah yang menyebabkan pelemahan vulvo-vaginal (bagian luar organ intim yang mengelilingi lubang kencing dan vagina). "Ini terjadi karena perubahan serat kolagen dan elastin yang berdampak pada hilangnya kekuatan dan kelenturan di dalam dinding vagina," kata dia.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika Anda ingin menjajal metode ini, yaitu tidak sedang hamil, menstruasi, keputihan, dan tidak memiliki penyakit yang menular. Sebelum melakukan prosedur, dokter akan memeriksa terlebih dahulu untuk menilai prosedur ini aman untuk dilakukan. Prosedur ini juga diklaim lebih praktis karena pasien langsung bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya.