TEMPO.CO, Jakarta - Pendidikan tinggi penting untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Namun, pendidikan saja tidak cukup. Karyawan juga harus bisa menunjukkan kompetensi.
Praktisi Ketenagakerjaan, Mutiara Pratiwi, menjelaskan kalau dengan berkembangnya dunia usaha, tuntutan kebutuhan lulusan universitas yang kompeten menjadi sangat tinggi. Berdasarkan studi dari Talent Crunch oleh korn Ferry pada tahun 2016, Indonesia diprediksi bisa mengalami defisit sumber daya manusia lulusan universitas yang siap dan kompeten mencapai 1,3 juta di 2020. Artinya, akan jauh lebih banyak lowongan pekerjaan yang tidak bisa menemukan orang yang cocok untuk pekerjaan yang ada karena tidak memiliki kompetensi yang cukup.
Baca juga:
Sibuk Syuting, Jessica Mila Utamakan Pendidikan
“Kalau kita melihat dari segi urgensi, melihatnya dari dua hal, supply dan demand. Dengan perkembangan industri dan teknologi, bukan lagi kita butuh jumlah berapa, sudah lebih seperti apa yang dibutuhkan industri,” jelas Mutiara.
Dengan berwawasan luas, semua orang perlu untuk terus semangat belajar, berkembang, dan membekali diri dengan kompetensi lain, yang bisa dijadikan modal ketika memasuki dunia kerja, termasuk kemampuan untuk beradaptasi, memecahkan masalah, berpikiran kritis, kreatif, dan peka terhadap lingkungan.
“Yang dilihat sekarang bukan saja lulusan apa, tapi kualitasnya bagaimana. Bisa enggak memiliki ide kreatif atau peka enggak dengan lingkungan sekitar. Itu menjadi kebutuhan untuk nanti kerja,” lanjut Mutiara.
Namun, bukan berarti pendidikan tidak penting. Harus ada keseimbangan antara pendidikan formal dengan kompetensi lain agar bisa mempersiapkan diri untuk dunia kerja.
Baca juga:
3 Tips Mengenalkan Politik pada Anak