TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan Mulan Jameela dan Ahmad Dhani tengah menghadapi ujian dalam rumah tangga. Ahmad Dhani yang divonis bersalah karena sejumlah cuitannya didakwa ujaran kebencian harus menghadapi hukuman 1,5 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Baca juga: Ragam Gamis Istri Ahmad Dhani, Mulan Jameela
Majelis hakim pun menginstruksikan politikus Gerindra itu langsung ditahan seusai divonis bersalah pada sidang, Senin, 28 Januari 2019, meskipun ia mengajukan banding atas putusan tersebut. Sepekan di Rutan Cipinang, Jakarta Timur, Ahmad Dhani pun dipindah ke Rutan Medaeng, Surabaya. Tujuannya agar memudahkan proses persidangan kasus pencemaran nama baik di Pengadilan Negeri Surabaya.
Selama berada di Rutan Cipinang, Mulan Jamela beberapa kali menjenguk suaminya. Ia juga sempat membawa kedua anaknya, Safeea Ahmad dan Ahmad Syailendra Airlangga, pada Senin, 4 Februari 2019. Namun kedua anaknya terus merajuk ketika hendak meninggalkan rutan. Safeea Ahmad bahkan sempat menangis hebat karena ingin mengajak ayahnya pulang.
Mulan Jameela kemudian mendatangi Komnas HAM bersama Lieus Sungkharisma, juru bicara keluarga Ahmad Dhani, Kamis 7 Februari 2019, untuk meminta bantuan agar suaminya, Ahmad Dhani ditahan di rutan Cipinang. Ia menjabarkan sedikitnya tiga alasan penting, salah satunya keberadaan dia dan anak-anak di Jakarta. Mulan ingin Ahmad Dhani mudah ditemui dan tetap berada di rutan Cipinang, Jakarta Timur.
Selain berjuang untuk kepindahan Ahmad Dhani, Mulan Jameela juga harus berjuang menghadapi perubahan situasi tanpa kehadiran suaminya di tengah keluarga. “Sebagai ibu, harus merasa oke dulu, harus dealing situation menerima kenyataan harus survive sendiri selama 1,5 tahun. Dia tidak akan bisa mengurus orang lain, seperti anak-anaknya, kalau dia sendiri belum bisa meng-handle situasi itu,” kata psikolog dari Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim kepada Tempo.
Menurut Rose Mini, proses adaptasi tentu membutuhkan waktu. Untuk bisa menghadapi situasi tanpa peran ayah, ia menyebutkan pentingnya mengutamakan aspek kognitif atau berpikir dibandingkan emosi. “Sebagai ibu di situasi ini, sikap realistis sangat dibutuhkan. Dia harus lebih mengutamakan pemikiran apa yang harus dihadapi 1,5 tahun ke depan,” jelasnya.