TEMPO.CO, Jakarta - Belasan tahun berlalu. Publik masih mengingat laporan langsung Najwa Shihab saat gempa bumi dan tsunami di Aceh, Desember 2004. Ia menyampaikan laporan pandangan mata sambil menangis tersedu-sedu.
Gaya Najwa melaporkan peristiwa dan caranya menanyai narasumber kemudian dijadikan patokan bagi jurnalis perempuan. Bagaimana reaksi Najwa?
Baca juga:
Najwa Shihab Ungkap Tantangan Jurnalis Perempuan
Najwa Shihab Jelaskan Tantangan Wanita Karier
“Saya senang kalau apa yang saya lakukan diakui atau dijadikan standar baru bagi orang lain, itu membanggakan. Selama ini, saya belajar dari para senior. Saya mencermati proses mereka menghasilkan karya kemudian membangun karakter sendiri,” ungkap Najwa.
Ia pun mengingatkan, “Sesama perempuan harus saling mendukung. Perempuan harus bertepuk tangan atas keberhasilan perempuan lain. Ini kunci untuk sukses bersama.”
Sibuk mewawancarai tokoh publik dan membesarkan Narasi TV tidak membuat Najwa lupa pada kodrat perempuan. Ia menjalani peran sebagai istri sekaligus ibu seorang anak laki-laki. Selain itu, ia meluangkan waktu untuk me time, yang menurutnya sangat penting.
“Saya tetap butuh me time. Me time versi saya simpel, berdaster sambil menonton serial detektif,” ungkap Najwa.
Artikel lain:
Tiru Cara Najwa Shihab Menjaga Kebugaran Saat Bepergian
17 Tahun Jadi Jurnalis, Najwa Shihab Masih Takut saat Wawancara
Najwa menyambung, “Saya kurang paham drama Korea. Ini soal selera. Saya sukanya menonton serial misteri, detektif yang memecahkan kasus, atau membaca novel dengan tema serupa. Berdaster sambil ngemil di depan televisi itu kenikmatan tersendiri buat saya. Belakangan, sih lebih sering menonton via laptop.”
Penghargaan tak membuatnya terlena. Target Najwa tahun depan membesarkan Narasi TV, sebuah perusahaan media yang diharapkan menjadi alternatif tontonan yang menggerakkan hati, mencerdaskan, dan menginspirasi khalayak.
“Semoga Narasi TV kelak tidak kalah dengan Tempo dan Bintang yang telah bertahun-tahun menginspirasi,” harapnya.