TEMPO.CO, Jakarta - Generasi sandwich adalah mereka yang tertekan karena mengurus kebutuhan generasi di atasnya (orang tua) dan di bawahnya (anak). Yang belum berkeluarga juga bisa disebut generasi sandwich saat mengurus orang tua dan keponakan, misalnya.
Generasi sandwich punya masalah beragam, dari keuangan, kesehatan, hingga memenuhi kebutuhan diri sendiri. Hal itu terungkap dalam “Beko Media Briefing: Generasi Sandwich, Milenial dan Rutinitas Harian” di Jakarta, belum lama ini.
Artikel lain:
Agar Terhindar dari Generasi Sandwich, Ini Kuncinya
10 Cara Mengatasi Stres
“Generasi sandwich biasanya berusia 30 sampai 50 tahun. Selain mengurus orang tua dan anak, mereka punya kebutuhan memiliki sesuatu yang dibanggakan dan kelak diwariskan kepada generasi selanjutnya. Inilah sumber stres karena menanggung tanggung jawab beragam. Mereka sering terjebak situasi di mana banyak hal harus dikerjakan sementara waktu sangat terbatas,” urai psikolog dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana.
Generasi sandwich punya kecenderungan ingin mengurus semua masalah sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga atau pengasuh anak. Mereka berpikir lebih membanggakan jika bisa mengurus semuanya sendiri. Ini memicu stres tambahan.
Kalau didiamkan, dampaknya beragam, dari sakit fisik hingga depresi. Kadang, stres dipicu hal-hal sepele, seperti piring kotor yang menumpuk, anak telat bangun lalu telat sekolah, dan lain-lain.
Baca juga:
Manfaat Menulis dengan Tangan, Stres Hilang-Daya Ingat Bertambah
5 Pemicu Psoriasis, dari Stres sampai Keputihan
“Karenanya, ibu butuh sistem pendukung. Pertama, bersikaplah realistis. Cek kemampuan fisik, misalnya dalam sehari mampu berapa kali mencuci piring, menyapu lantai, merapikan dapur, membantu si kakak mengerjakan PR. Kedua, cek lingkungan sekitar adakah yang bisa dikaryakan untuk menolong? Mengajak suami berbagi pekerjaan rumah, mungkin? Ketiga, me time. Ada kalanya, tubuh dan pikiran butuh relaksasi. Dengarkan tubuh Anda,” tambah Vera.