TEMPO.CO, Jakarta - Rentetan kejadian bencana alam seperti di Palu dan musibah kecelakaan Lion Air JT-610 membuat beberapa orang yang kita kenal mungkin berduka karena menjadi korban atau kehilangan orang yang dikasihi. Lantas apa yang bisa Anda lakukan mendampingi seseorang yang berduka?
Dilansir dari Instagram Yayasan Pulih @yayasanpulih, lembaga swadaya masyarakat untuk memberikan pendampingan psikososial, Anda perlu memahami terlebih dulu proses kedukaan. Setiap orang memiliki cara sendiri dalam menghadapi kedukaan dan tidak ada satu pun cara yang dilakukan bisa disebut benar atau salah. Setiap orang memiliki waktu masing-masing, ada yang cepat menerima ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama.
Artikel lain:
Kiat Orang Tua Mengajarkan Anak soal Bencana Alam
4 Hal yang Harus Dilakukan bila Ada Bencana seperti Gempa Lombok
Anda juga perlu ingat, bahwa dalam proses berduka semua reaksi dapat diprediksi atau muncul sesuai urutan. Dalam proses ini, seseorang ada luapan emosi dan campuran emosi negatif, seperti sedih, marah, dan kecewa saat mengalami kedukaan.
#Apa yang sebaiknya Anda lakukan?
Anda perlu memberikan bantuan praktis, misalnya membantu mengurus administrasi, memasak, membelikan makanan, mengawasi anak atau orang tuanya, mengantar serta menjemput ke lokasi kedukaan, serta beberapa hal praktis lain. Anda juga bisa menanyakan kebutuhan dan bantuan kepada rekan tersebut. Jadi, Anda jangan hanya mengira-ngira saja ketika memberikan bantuan.
Anda juga perlu menunjukkan ketulusan ketika berada dan berbincang dengan mereka. Anda perlu memberikan perhatian dan mengatakan, "Ikut berduka atas kejadian yang menimpamu".
Anda wajib menghargai dan menghormati keluarga serta orang yang berduka. Caranya dengan meluangkan waktu, menerima perasaann duka, dan perasaan marah yang merasa alami. Kehadiran Anda bisa sangat berharga buat mental mereka. Dukungan Anda juga bisa hanya dalam keadaan diam dan mendampingi, tidak perlu memaksa mereka untuk bercerita.
Ada pun kehadiran fisik Anda saja, tanpa banyak berbicara adalah bentuk dari emotional-focused coping sekaligus religious coping. Emotional-focused coping artinya mencari dukungan sosial, berbagi perasaan sedih, dan melakukan refleksi diri dari masalah yang terjadi dan diluapkan dengan menangis. Sementara religious coping adalah meningkatkan intensitas beribadah dengan lebih mengupayakan komunikasi dekat kepada Tuhan.
Baca juga:
Suka dan Duka Menjalin Cinta dengan Pria Berusia Lebih Muda
#Catatan penting yang perlu Anda ingat
Anda perlu menghindari penilaian tertentu yang subjektif terhadap orang yang sedang berduka. Misalnya mengatakan dia ‘kurang sabar’, ‘lemah’, atau ‘cengeng’. Anda juga perlu menghindari penggunaan kata-kata yang tidak sesuai, misalnya ‘trauma’ atau ‘trauma healing’.
Terakhir, Anda juga harus menghindari penggunaan kata ‘sabar’, atau ‘semuar pasti ada hikmahnya’, ‘dia sudah ada di tempat yang lebih baik’, ‘harus move on’ berkali-kali kepada mereka yang berduka. Anda harus ingat, tidak semua orang prosesnya bisa langsung menerima kepergian orang terkasihnya.