TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan penglihatan sering diabaikan atau tidak mendapat perhatian yang serius seperti gangguan kesehatan lain. Padahal, angkanya terus menunjukkan peningkatan secara internasional.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) drg. Widyawati, MKM menyatakan gangguan kesehatan mata minus pada anak dan mata katarak semakin sering ditemui. Sebanyak 0,3 persen terjadi pada anak usia 0-15 tahun dan 1 persen di antaranya tercatat di negara berkembang.
Artikel terkait:
Bahaya Sinar Matahari pada Mata, Kerusakan Retina sampai Kebutaan
Lindungi Mata dan Sekitarnya dari Sinar UV dengan Cara Berikut
“Angka gangguan penglihatan meningkat tajam. Sebanyak 4 persen dari data UNICEF dialami 1,4 juta anak, sekitar 1 juta di Asia dan 400.000 anak di Afrika,” paparnya dalam pertemuan dengan Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas) dari berbagai kementerian seperti disampaikan lewat keterangan resmi Kemenkes, Jumat, 2 November 2018.
Widyawati melanjutkan data WHO menyebutkan 500 anak mengalami kebutaan setiap tahun, atau 1 dari 1.000 anak per menit. Angka kebutaan di Indonesia disebut mencapai 3 persen dan 81 persen di antaranya disebabkan katarak.
Oleh karena itu, Kemenkes berupaya menanggulangi gangguan penglihatan maupun kebutaan sejak dini. Apalagi, gangguan penglihatan juga bisa berkaitan dengan kondisi kesehatan lain, seperti diabetes dan hipertensi.
Baca juga:
Hati-hati Bermain Petasan, Mata Bisa Buta
Mau Keluar Rumah, Jangan Lupa Lindungi Mata dari Sinar Matahari
Selain itu, usia juga berpengaruh, misalnya kasus katarak yang cukup banyak ditemui di masyarakat lanjut usia.
“Tapi, ancaman kebutaan bisa dicegah. Screening dan deteksi dini menjadi solusi utama sekaligus dukungan dari Bakohumas yang dapat menyebarkan informasi tentang pencegahan gangguan penglihatan berikut pelayanan komprehensif yang tersedia bagi masyarakat,” jelasnya.