TEMPO.CO, Jakarta - Dulu, wanita yang memasuki usia 20 tahun dan belum menikah mulai resah. Keluarga cemas dan bisa menjadi gunjingan.
Kini, makin banyak wanita berusia 30 tahun ke atas yang melajang, dan beberapa di antaranya terlihat tenang-tenang saja. Masih ada segelintir orang berbisik di belakang, yang mencap mereka sebagai orang aneh beserta tuduhan lain.
Baca juga:
Nikmatnya Hidup Melajang, Cek Kelebihannya
7 Fakta Hidup Melajang, Bahagia atau Sengsara?
Buat yang belum kunjung menikah jangan berkecil hati. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan Pew Research Center Report di Washington, Amerika Serikat, pada 2010, 40 persen wanita yang belum menikah di atas usia 35 tahun disebabkan memang belum menemukan pasangan yang tepat atau khawatir kehilangan ruang kebebasan dalam hidupnya.
Pakar memberikan alasan umum mengapa seorang wanita belum menikah meski usia sudah matang.
1. Berorientasi pada karier
Psikolog dan penulis buku Singled Out: How Singles are Stereotyped, Stigmatized, and Ignored, and Still Live Happily Ever After dari Amerika Serikat, Bella De Paulo, mengatakan perbandingan populasi lelaki yang lebih kecil daripada wanita pada masa ini membuat wanita akhirnya lebih mengalokasikan waktu mengejar karier dibanding mencari jodoh dan menikah.
“Selagi melajang, beberapa wanita menemukan dirinya bebas mengejar impian dan karier yang diinginkan. Mereka fokus pada pekerjaannya, menghasilkan banyak karya, mendapatkan apresiasi yang membahagiakan, dan menambah rasa percaya diri. Begitu menikmati dan tenggelam dalam dunia kerja, lama-lama pencarian pendamping hidup tak menjadi prioritas, bahkan terlupakan,” kata De Paulo.
2. Terlalu independen
Punya pekerjaan mapan, mampu menghidupi diri, dan memenuhi kebutuhan sendiri, para wanita lajang masa kini juga bebas mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya.
“Mereka tidak merasa dibatasi dan tidak perlu merasa khawatir harus mengubah jalan hidup atau gaya hidup kapan pun untuk menyesuaikan dengan orang lain. Contohnya, ketika seorang wanita lajang tiba-tiba ditawari pekerjaan di luar kota atau luar negeri, dia tidak perlu mempertimbangkan perasaan pasangan. Dia bisa langsung memutuskan sendiri saat itu juga,” ujar De Paulo.
Ruang hidupnya lebih leluasa. Sayangnya, karena keasyikan, mereka jadi menunda-nunda pernikahan atau malah tidak terdorong untuk menikah. Mereka merasa hidup melajang itu bebas. Idealnya, lebih baik hidup berpasangan dari pada sendiri.
3. Terlalu pemilih
Tidak hanya pria yang pemilih. Wanita pun terkadang bisa sangat pemilih. Mereka yang merasa cerdas, maju, dan independen biasanya membutuhkan kriteria tinggi dari seorang pria. Ketika seorang wanita bisa mencukupi semua kebutuhannya sendiri, apa yang dicarinya dari seorang pria? Tuntutannya bisa mendetail dan bermacam-macam.
Selain itu, menurut psikolog Robert Firestone dari New York, Amerika, wanita bisa jadi pemilih dilatarbelakangi sepenggal pengalaman buruk pada masa lalu. Misalnya pernah tertipu, dikhianati, atau ditolak pria sehingga selalu ada prasangka buruk terhadap lawan jenis. Ia menjadi terlalu berhati-hati dan berakhir membuat kriteria yang sulit dipenuhi.
“Masalahnya, yang perlu Anda ketahui, tidak ada pria yang benar-benar sempurna di luar sana. Jangan membuat daftar kriteria yang tidak realistis untuk seorang pendamping hidup kalau tidak mau melajang seumur hidup,” tutur Firestone.
Setiap orang pasti memiliki kekurangan. Selama kekurangan pada dirinya tidak terlalu minus atau ekstrem, seharusnya bisa dipertimbangkan untuk menjadi calon pendamping hidup.
Artikel terkait:
Pilih Melajang, Nikmati 5 Keuntungannya
Hidup Melajang dan Kesepian Berisiko Mati karena Stroke
4. Terlalu asyik dengan kehidupan sosial
Para lajang yang mandiri sering mempunyai aktivitas dan interaksi sosial lebih banyak dibanding yang punya pasangan. Punya kehidupan sosial menyenangkan, memberikan apresiasi, dan kebahagiaan tersendiri. Namun, saking asyiknya, mereka lupa bahwa penting juga memikirkan pernikahan dan membangun rumah tangga.
“Beberapa lajang kerap merasa khawatir kalau hubungan yang serius atau pernikahan akan membatasi waktu dan ruang mereka bersosialisasi serta memperluas jaringan pertemanan, kerja, maupun bisnis,” ucap Eric Klinenberg, sosiolog dari Universitas New York, Amerika.