TEMPO.CO, Jakarta - Model dan disk jockey Roro Fitria sedang berduka karena ibunya, Raden Retno Winingsih Yulianti meninggal. Roro Fitria yang sedang ditahan di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, karena kasus narkoba, tak bisa mengucapkan kata-kata perpisahan dengan ibunya yang meninggal di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, pada Senin 15 Oktober 2018.
Baca: Roro Fitria ke Ibunda: Dia Segalanya Bagiku, Dia Surgaku
Roro Fitria kemudian diizinkan meninggalkan rumah tahanan untuk hadir di pemakaman ibunya di Yogyakarta. Kehilangan seorang tua tentu memiliki dampak psikologis yang besar kepada anak, walaupun sudah dewasa.
Dilansir dari Fatherly, dalam satu tahun setelah kehilangan orang tua, Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental Asosiasi Psikologi Amerika menunjukkan orang dewasa yang kehilangan orang tua akan mengalami berbagai emosi yang bertentangan, termasuk kesedihan, kemarahan, kecemasan, mati rasa, kekosongan, dan penyesalan.
Roro Fitria bersama ibunda, Raden Retno Winingsih Yulianti. Instagram
Artikel lainnya: Roro Fitria 1 Tahun Tak Berani Keluar Rumah karena Malu
"Tidak bisa mengucapkan selamat tinggal di saat-saat terakhir juga berkontribusi pada rasa tertekan dan marah," kata Jumoke Omojola, pekerja sosial klinis di Nebraska, Amerika Serikat. Gangguan fisiologis yang mungkin terjadi, semisal sakit kepala, sakit perut, sesak di dada, terlalu banyak tidur atau terlalu sedikit tidur, dan makan berlebihan atau kurang nafsu makan.
Anak perempuan juga memiliki respons kesedihan yang lebih kuat daripada anak laki-laki. "Laki-laki cenderung menunjukkan emosi lebih sedikit dan lebih banyak memilah-milah," tutur psikolog klinis Carla Marie Manly. Dalam kasus yang ekstrem, terapi mungkin menjadi suatu hal yang diperlukan oleh anak saat orang tuanya meninggal.