TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan melawan pelecehan seksual sudah semakin banyak di tingkat internasional dan Indonesia. Kian banyak wanita yang membagi pengalamannya, terutama di media sosial, mengharapkan terjadi perubahan di masyarakat.
Baca:
Cara Unik Dakota Johnson Bantu Korban Pelecehan Seksual
Dengan semakin banyak dukungan dari berbagai komunitas untuk melawan pelecehan seksual, wanita jadi punya jalan untuk membuka pengalaman pahit terkait pelecehan seksual yang mereka alami. Namun, masih banyak yang belum berani melaporkan pelecehan seksual ke polisi.
"Kenapa media sosial bisa dijadikan sarana untuk mengungkapkan pengalaman pelecehan seksual? Karena ada rasa frustasi di situ," kata Lily Puspasari, Spesialis Program PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan di Jakarta Selatan, Senin 8 Oktober 2018. "Pada saat mereka melaporkan ke polisi, bisa saja tidak mendapatkan respons yang mendukung."
Walaupun media sosial menjadi sarana penting untuk mengungkapkan pengalaman pelecehan seksual, Lily juga mendorong korban pelecehan seksual untuk tetap membuat laporan ke polisi. "Untuk diproses secara hukum harus melalui proses pelaporan," lanjut Lily.
Ilustrasi pemerkosaan/pelecehan. (pustakadigital)
Korban pelecehan seksual biasanya tidak ingin melapor ke polisi karena masih ada stigma yang justru 'menyerang' korban. Program PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan juga membantu memberi edukasi kepada polisi mengenai cara melakukan investigasi yang berpihak kepada korban.
Lily berharap dengan melakukan edukasi ini, korban pelecehan seksual akan merasa lebih nyaman dan aman untuk membuat laporan ke pihak berwajib. "Media sosial membantu meringankan beban yang dirasakan, tapi menurut saya harus tetap dilaporkan," kata Lily Puspasari.
Artikel lainnya:
Kenali Jenis Pelecehan Seksual yang Sering Terjadi pada Perempuan