TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis kuliner tengah naik daun karena menjalankan bisnis kuliner ini dianggap lebih mudah jika dibandingkan dengan jenis usaha lain. Padahal, setiap bisnis, termasuk kuliner, memiliki romantika masing-masing.
Jika tidak tepat penanganannya, fondasi bisnis yang telah susah payah dibangun bisa goyah. Bagaimana menyiasatinya?
Erwin Ongkowijoyo, pemilik dua bisnis kuliner Tot.Aw dan Laréia, menceritakan suka duka menjalankan bisnis kuliner, di antaranya inovasi produk dan mencari strategi menjalankan dua bisnis kuliner sekaligus.
Artikel terkait:
Kiat Menetralisir Makanan saat Wisata Kuliner
Kuliner Khas Indonesia Memesona Masyarakat Denmark
Jelajah Empat Kuliner Legendaris di Pasar Baru
Kuliner khas Sichuan, Kaya Aroma dan Pedas yang Unik
“Inovasi produk perlu diperhatikan. Tren kuliner Indonesia saat ini adalah kuliner tradisional dengan konsep kekinian,” jelas Erwin.
“Ketika melakukan inovasi produk, misalnya saat saya membangun Tot.Aw, di mana mi instan bahan baku utamanya, maka saya tidak bisa menyajikan mi instan polos saja. Harus ada sesuatu yang unik sebagai nilai tambah,” tambahnya.
“Makanya saya membuat mi instan dalam bentuk kue. Atau jika ingin menghadirkan kuliner dari luar negeri, maka saya harus mengadaptasi menu itu sesuai dengan kebiasaan pembeli di sini. Yang menurut saya enak, belum tentu menurut pembeli enak,” papar Erwin.
Selain itu, menjalankan dua bisnis kuliner menuntut Erwin fokus mengingat Tot.Aw dan Laréia memiliki segmentasi pasar berbeda. Tot.Aw merupakan bisnis kuliner kreatif berbahan dasar mi instan sementara Laréia menyuguhkan kue dan hidangan penutup.
“Kuncinya, fokus. Setiap perusahaan memiliki sistemnya sendiri, maka fokuslah untuk menjalankan sistem dengan baik. Saya berada di Jakarta sementara Laréia berpusat di Surabaya. Maka mencari orang yang dapat dipercaya untuk mengurus Laréia menjadi hal yang sangat penting,” ujarnya.
Laréia kini memiliki dua gerai di Surabaya serta menjalin kerja sama strategis dengan lebih dari 25 restoran maupun kedai kopi di Jakarta, Bandung, dan Semarang.