TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang punya cara berbeda dalam mengasuh anak. Bahkan saat menghadapi situasi sama, reaksi orang tua terhadap anak bisa berbeda.
Ketika anak sedang mengalami tantrum, misalnya, ada orang tua yang langsung panik. Ada yang mudah terpancing emosi, ada pula yang tenang dan sabar. Perbedaan sikap orang tua dalam menghadapi anak dipicu level stres yang berbeda. Kita semua tahu, dalam kondisi stres, kesabaran seseorang terbatas.
Artikel lain:
Kesal dan Marah, Jangan Terus Emosi, Redakan dengan 4 Tips Ini
Usia Anak Mengontrol Emosi
Kenali 6 Zodiak dengan Tingkat Emosi yang Sangat Kompleks
Pasangan Sedang Sedih, Jangan Ikut Terbawa Emosi
Namun, kita juga perlu tahu cara mengasuh anak dan merespons situasi tertentu seperti saat anak mengalami tantrum juga dipicu alam bawah sadar sehingga interpretasi kita terhadap situasi yang sama bisa berbeda. Menurut Laura Markham, Ph.D, psikolog klinis yang juga editor situs web Aha! Parenting, pikiran bawah sadar ini terbentuk dari pengalaman masa kecil kita.
Markham mencontohkan ketika anak tidak diperlakukan dengan hormat dan tidak dihargai saat kecil, mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak menghargai orang lain dan sulit mengembangkan empati terhadap orang lain, termasuk anak sendiri.
Jika orang tua kerap menyepelekan masalah, bahkan memarahi ketika anak sedang kecewa atau sedih, kita mungkin akan menyimpulkan bahwa emosi semacam itu adalah sesuatu yang buruk.
Walhasil, kita akan menjadi orang tua yang menanggapi tangisan dan kekecewaan anak dengan emosi negatif. Mereka yang semasa kecil tidak pernah menerima pujian akan tumbuh menjadi dewasa yang tidak pernah puas dan menetapkan standar sangat tinggi.
Saat menjadi orang tua, standar tinggi itu diterapkan pula pada anak-anak. Mereka juga akan menjadi orang tua yang perfeksionis dan selalu menjadi kritikus untuk anak-anak.