TEMPO.CO, Jakarta - Setiap 26 September diperingati sebagai hari kontrasepsi dunia atau world contraception day. Di Indonesia, perihal kontrasepsi identik dengan program Keluarga Berencana atau KB yang dikampanyekan pemerintah sejak 1957.
Lantas apakah penggunaan alat kontrasepsi masih populer di Indonesia? Alat kontrasepsi apa yang paling banyak digunakan?
Survei Sosial Ekonomi Nasional 2017 menunjukkan metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh mereka yang berusia 15 sampai 49 tahun adalah suntik, sebesar 56,85 persen. Posisi berikutnya adalah pil (20,59 persen), IUD atau spiral (7,68 persen), susuk atau implan (7,07 persen), tubektomi (3,98 persen), pantang berkala atau sistem kalender (1,54 persen).
Ada pula metode kontrasepsi lainnya yang menjadi pilihan, misalnya kondom pria sebesar 1,2 persen, lainnya 0,53 persen, vasektomi 0,31 persen, menyusui alami 0,19 persen, dan kondom wanita 0,07 persen.
"Dari berbagai metode kontrasepsi tadi, yang paling lemah adalah pantang berkala," kata Andon Hestiantoro, Dokter Spesialis Kandungan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam diskusi Hari Kontrasepsi Dunia 2018: Sepuluh Tahun Bakti Duta Oral Contraception Bayer Indonesia di Jakarta, Selasa 25 September 2018.
(Dari kiri) Presiden Direktur PT Bayer Indonesia, Angel Michael Evangelista, moderator Eugine Ketua Ikatan Bidan Indonesia Emi Nurjasmi, dan Dokter Spesialis Kandungan Andon Hestiantoro dalam diskusi Hari Kontrasepsi Dunia 2018: Meingkatkan Kesejahteraan Perempuan melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Perencanaan Keluarga. Sepuluh Tahn Bakti Duta Oral Contraception Bayer Indonesia di Jakarta, Selasa 25 September 2018. TEMPO | Rini K
Andon menjelaskan, metode kontrasepsi sistem kalender menjadi yang paling buruk karena memang sulit menghitung atau memperkirakan masa subur. "Jika siklus haidnya panjang dikurangi 11 hari, yang sikus haidnya pendek dikurangi 14 hari. Kalau kebetulan tak beraturan, bisa tidak berhubungan sama sekali selama tiga bulan," ucap dia.
Metode kontrasepsi suntik menjadi yang paling banyak dipilih karena menurut dia, prosesnya praktis, cukup 3 sekali. Sedangkan kontrasepsi oral, yakni dengan pil membutuhkan ketelatenan karena harus diminum setiap hari. "Tapi perlu diketahui kalau pil KB itu justru tingkat 'bobolnya' di hanya 0,3 persen," kata dia.
Selain mereka yang menggunakan alat kontrasepsi, ada pula yang tidak memakai alat kontrasepsi dengan berbagai alasan. Beberapa sebab di antaranya, jarang berhubungan seksual karena suami atau istri berjauhan, masuk masa menopause, kurang subur, menyusui, suami atau istri menolak memakai alat kontrasepsi, agama melarang, khawatir efek samping, sampai kurang pengetahuan tentang metode kontrasepsi.