Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penyebab Eksim dan Gatal pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Reporter

image-gnews
Ilustrasi bayi. indiatimes.com
Ilustrasi bayi. indiatimes.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kulit bayi lebih sensitif dibandingkan orang dewasa sehingga diperlukan perawatan khusus agar terhindar dari berbagai permasalahan. Setidaknya ada dua jenis persoalan kulit yang kerap dihadapi bayi dan anak-anak, yaitu dermatitis atopik dan dermatitis popok.

Kedua permasalahan kulit ini dapat dialami karena berbagai hal. Pertama, bayi belum memiliki pelembab alami sebanyak orang dewasa. Hal ini menyebabkan ketika anak berada di ruangan berpendingin atau pun terkena panas maka kelembabannya akan lebih cepat terangkat.

Kedua, bayi belum memiliki melanosit sebanyak orang dewasa. Melanosit merupakan sel yang mengeluarkan melanin fungsinya untuk melindungi dari sinar ultraviolet.

Artikel lain:
Kulit Merah dan Gatal, Awas Eksim
Bingung Mengatasi Eksim, Ini Saran Dokter Kulit
Cara Mudah Atasi Eksim dan Gatal-gatal pada Kulit  
Atasi Eksim pada Bayi dengan Cara Alami

Ketiga, kolagen dan serat pada bayi masih sedikit meskipun akan bertambah seiring dengan waktu. Sejalan dengan masih sedikitnya kolagen maka bayi akan lebih sensitif ketika terkena gesekan, bisa menimbulkan cedera, luka, maupun lecet.

Keempat, kulit pada bayi masih tipis sehingga kelembabannya gampang menguap. Kelima, pH kulit pada bayi dan anak masih tinggi.

“PH yang tinggi ini akan mengurangi proteksi kulit terhadap bakteri dari luar. Semakin banyak bakteri atas kulit, maka akan semakin mudah infeksi ke dalam kulit bayi,” ujar Matahari Arsy, dokter spesialis kulit dan kelamin pada bayi dan anak.

Matahari mengatakan bahwa kulit bayi dan anak tidak mendapatkan perhatian khusus, akan menimbulkan berbagai persoalan kulit. Dermatitis atopik dan dermatitis popok merupakan dua permasalahan yang paling banyak dialami bayi dan anak.

Menurutnya dermatitis atopik atau ruam (eksim) merupakan jenis penyakit kulit kronik karena sifatnya yang berulang dan dialami lebih dari empat minggu. Ada berbagai faktor yang menyebabkan dermatitis atopik ini, yaitu lingkungan, imunologi, dan genetik atau keturunan sehingga jika orang tua mengalami eksim atopik, anak berisiko terkena penyakit kulit tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ilustrasi bayi baru lahir. shutterstock.com

“Anak atau bayi yang terkena dermatitis atopik ini sistem imunnya kurang dan berbeda dari anak normal sehingga lebih sensitif jadi kalau ada sesuatu yang terkena kulit respon imunnya agak beda. Kalau keringat bisa gatal karena nggak ada perlindungan di kulit mereka,” ujarnya.

Ciri-ciri bayi dan anak yang terkena dermatitis atopik ialah kulit yang kering, merah, dan kadang basah. Untuk anak usia 2 bulan hingga 2 tahun ruamnya akan berada di kedua pipi, leher, dada, siku, dan lutut. Anak usia 2 tahun hingga 10 tahun memiliki ciri kulit yang sama di area lipatan siku, lipatan lutut, dan pergelangan tangan.

 “Biasanya memang di area yang suka bergesekan dengan lingkungan. Gesekan bisa membuat munculnya kemerahan,” kata Matahari.

Untuk terapi yang harus dilakukan orang tua untuk merata kulit anak yang terkena dermatitis atopik ialah mandikan dengan air suhu biasa maksimal 10 menit sebab semakin lama bayi mandi maka kelembaban kulitnya akan semakin banyak yang terangkat, kemudian langsung pakaikan pelembab setelah mandi.

Hindari pewangi atau pemutih yang dapat mengiritasi anak atopik. Lalu gunakan pakaian yang lembut dan halus jangan gunakan pakaian berbahan wol karena ketika terjadi gesekan akan menyebabkan gatal.

“Jika sudah melakukan berbagai terapi tetapi ruam masih tetap muncul, orang tua harus konsultasi ke dokter kulit dan kelamin sehingga akan diberikan obat oles atau obat minum sesuai dengan kondisi anak saat itu,” ujarnya.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

22 jam lalu

Ilustrasi selingkuh. Shutterstock
Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Tyas Widuri, menilai penahanan Anandira Puspita dan bayinya berpotensi mereviktimisasi korban dugaan perselingkuhan suaminya.


Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

3 hari lalu

Korban penusukan di Australia. Istimewa
Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.


8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

21 hari lalu

Ilustrasi mudik. TEMPO/Subekti
8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

Ada berbagai trik dan cara supaya bayi tidak rewel saat dibawa mudik lebaran atau perjalanan jauh


Warga Depok Nyaris Bentrok karena Bangunkan Sahur Dinilai Terlalu Mengganggu

22 hari lalu

Ilustrasi membangunkan sahur. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Warga Depok Nyaris Bentrok karena Bangunkan Sahur Dinilai Terlalu Mengganggu

Viral video keributan sekelompok pemuda dengan warga yang menegur cara membangunkan sahur yang dinilai terlalu mengganggu


Tega, Ibu Ini Tinggalkan Bayinya hingga Tewas di Rumah Demi Liburan 10 Hari

23 hari lalu

Ilustrasi ibu sedih saat mengasuh bayinya. Foto: Unsplash/Hollie Santos
Tega, Ibu Ini Tinggalkan Bayinya hingga Tewas di Rumah Demi Liburan 10 Hari

Seorang ibu tega meninggalkan bayinya sendirian di rumah hingga akhirnya tewas karena kelaparan demi liburan sendirian.


Saran Ginekolog untuk Bantu Ibu Baru Melahirkan Atasi Gangguan Tidur

30 hari lalu

Ilustrasi ibu dan bayi. Foto: Unsplash/Kevin Liang
Saran Ginekolog untuk Bantu Ibu Baru Melahirkan Atasi Gangguan Tidur

Ginekolog menjelaskan pentingnya dukungan keluarga dalam upaya mengatasi gangguan tidur pada ibu yang baru melahirkan.


Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

34 hari lalu

Seorang pria menggendong bayi di pangkuannya, saat warga Palestina yang mengungsi, yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel berlindung di tenda kamp, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 14 Februari 2024 .REUTERS/Saleh Salem
Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

Ada ribuan anak yang sedang menderita penyakit komplikasi serius karena kelangkaan susu di wilayah Gaza utara.


Alasan Medis Ibu Menyusui Tak Wajib Puasa Ramadan

36 hari lalu

Relawan Layanan Kesehatan Cuma-cuma Dompet Dhuafa memeriksa kesehatan ibu menyusui penyintas Covid-19 di RW 07 Kelurahan Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis, 5 Agustus 2021. Monitoring dan edukasi kesehatan ini dilakukan dalam rangka Pekan ASI Sedunia. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Alasan Medis Ibu Menyusui Tak Wajib Puasa Ramadan

Ibu menyusui boleh tidak berpuasa Ramadan, ada alasan medis dibaliknya.


Ketahui Suhu AC untuk Bayi yang Ideal Berdasarkan Usianya

36 hari lalu

Suhu AC untuk bayi perlu disesuaikan sesuai dengan usianya. Hal ini agar suhu tidak terlalu dingin atau panas. Berikut ini informasinya. Foto: Canva
Ketahui Suhu AC untuk Bayi yang Ideal Berdasarkan Usianya

Suhu AC untuk bayi perlu disesuaikan sesuai dengan usianya. Hal ini agar suhu tidak terlalu dingin atau panas. Berikut ini informasinya.


Bila Anak Tunjukkan 4 Gejala Ini, Waspadai Penyakit Langka

38 hari lalu

Ilustrasi bayi. Foto: Canva
Bila Anak Tunjukkan 4 Gejala Ini, Waspadai Penyakit Langka

Terdapat banyak sekali gejala penyakit langka pada anak, dan saking banyaknya tanda-tanda tersebut dapat terlewatkan oleh para tenaga medis.