TEMPO.CO, Jakarta - Rokok adalah biang keladi di balik banyak penyakit berat. Asap rokok tidak hanya mengendap di paru-paru. Sebagian asap dari lintingan tembakau yang terbakar ternyata menyelinap ke lambung.
Yang menyelinap ke lambung adalah bahan-bahan polutan pemicu iritasi. Efek samping lainnya, sehabis merokok seseorang merasa kenyang lalu porsi makan berkurang. Akibatnya, asupan gizi harian relatif lebih rendah dari yang tidak merokok.
Baca juga:
Bahaya Radiasi Ternyata Tak Separah Merokok dan Obesitas
Sulit Berhenti Merokok, Coba 7 Cara Ini
Memprihatinkan, Makin Banyak Remaja Merokok Elektronik
Penyebab Wanita Sulit Hamil, dari Obesitas sampai Rokok
“Dalam rokok terdapat banyak polutan, misalnya benzena dan tar. Keduanya merangsang iritasi lambung yang menyebabkan sel-sel lambung memproduksi asam berlebih. Naiknya asam lambung memicu komplikasi berupa nyeri di dada dan rasa takut yang hebat. Rokok secara langsung juga merusak esofagus,” terang Ketua Perhimpunan Gastrologi Indonesia Cabang Jakarta, dr. Agastya Wisnu W, SpPD.
Ia menerangkan, lambung menyerupai balon. Ketika banyak gas dan asap masuk, lambung akan mengembung. Gas dan asap rokok yang terhirup memicu pembengkakan lambung.
Saat lambung mengembung, risiko terkena penyakit Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease) atau naiknya asam lambung naik. Penyakit ini tidak membahayakan jiwa. Namun faktanya, sebagian besar pasien cemas dan takut mengingat gejalanya terasa sangat menyakitkan.