TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Dedy Susanto mengatakan konseling pranikah harus diprioritaskan karena seperti kekebalan bagi pasangan untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi di dalam pernikahan. Di dalam proses konseling tersebut, konselor akan mendiagnosis kecocokan pasangan yang akan menikah.
Akan ada sejumlah aspek yang mendapat perhatian dalam proses konseling tersebut. Pertama, mengenai kesiapan mental pasangan untuk menikah. Apakah keduanya sudah siap dalam mengatur emosi atau egonya masing-masing, terutama dalam menghadapi berbagai konflik atau ketidakcocokan. Jika dirasa belum siap, keduanya harus melakukan berbagai pembenahan diri.
Baca juga:
Alasan Wanita Ingin Cepat Menikah
4 Alasan Perempuan Tak Ingin Menikah
5 Rahasia Besar Wanita yang Sudah Menikah
Ini Kata Zodiak soal Waktu yang Tepat untuk Menikah
Kedua, menganalisis kepribadian dari masing-masing pasangan. Dari analisis ini akan diketahui berbagai hal tersembunyi dari pasangan yang selama ini tidak disadari karena yang didiagnosis adalah kondisi alam bawah sadar. Apakah pasangan memiliki potensi melakukan kekerasan, perselingkuhan, atau orientasi seksual menyimpang.
Ketiga, melakukan observasi mengenai perasaan masing-masing pasangan. Apakah keduanya saling mencintai atau tidak. Hal tersebut akan terbaca dari bahasa tubuh, terutama ekspresi mikro.
“Menikah itu jangan hanya modal nekat, perlu adanya ikhtiar untuk meminta petunjuk dan masukan. Jika masih ragu untuk menikah atau belum cocok, silakan cek ke konselor yang memang sudah mengetahui pola-polanya," kata Dedy Susanto.
"Hal apa yang harus diperbaiki, bagaimana cara memperbaikinya, dan mengatasi permasalahan. Jangan sampai ketika sudah menikah baru ribut, terluka batinnya, kasihan anak jika orang tua harus bercerai,” tuturnya.