TEMPO.CO, Jakarta - Ibu hamil harus waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem atau suhu sangat panas dan dingin. Berdasarkan hasil penelitian oleh National Institutes of Health di Amerika Serikat dan dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research edisi April 2017, perubahan iklim dapat mempengaruhi berat badan bayi dan kondisi ekstrem dapat meningkatkan risiko berat badan lahir rendah.
Para peneliti mengamati 220.000 bayi yang lahir pada 2002-2008 dan mempelajari data cuaca di wilayah 19 rumah sakit dari timur hingga barat Amerika Serikat. Mereka juga mengukur pengaruh suhu terhadap kehamilan serta mempertimbangkan perbedaan cuaca dengan lokasi yang berbeda.
Artikel lain:
Cuaca Panas: Minum Air Putih, Jangan yang Lain
Memilih Produk Perawatan Kulit Berdasarkan Cuaca Tempat Tinggal
5 Trik Agar Mata Tetap Oke di Cuaca Panas
Cuaca Panas, Dehidrasi Mengintai! Minum, Jangan Tunggu Haus
Para peneliti mengungkapkan bahwa ibu hamil yang terpapar cuaca sangat panas atau dingin, terutama pada trimester kehamilan ketiga, 18-31 persen berpotensi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Perubahan cuaca yang ekstrem selama kehamilan berisiko bayi dengan berat badan lahir rendah 2,5 persen, begitu yang dilaporkan oleh Live Science.
Tidak jelas mengapa cuaca ekstrem mempengaruhi berat badan bayi. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok peneliti yang sama, cuaca yang sangat panas atau dingin memicu stres oksidatif dan menyebabkan peradangan dalam tubuh.
Cuaca juga mempengaruhi aliran darah yang ekstrem pada ibu hamil sehingga bayi dalam kandungan menerima nutrisi yang lebih sedikit dan oksigen menghambat perkembangan mereka, demikian dilansir Healio. Menurut peneliti senior Dr. Pauline Mendola, hal ini cukup masuk akal.
Bayi dengan berat badan lahir rendah lebih rentan terhadap infeksi, perkembangan dan pertumbuhannya terhambat, serta berisiko mengalami masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung atau ginjal. Ibu hamil dianjurkan menghindari paparan cuaca ekstrem yang cukup lama.