Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

6 Mitos soal Kulit Bayi dan Faktanya Menurut Dokter

Reporter

image-gnews
Ilustrasi bedak tabur. Momgoe.com
Ilustrasi bedak tabur. Momgoe.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua selalu sangat berhati-hati dalam melakukan perawatan pada kulit anak. Berbagai saran dari keluarga atau lingkungan kerap diikuti karena dinilai bagus untuk anak.

Namun, apakah perawatan kulit dan penggunaan produk untuk kulit anak sudah tepat? Berikut enam mitos perawatan kulit anak yang dikemukakan Matahari Arsy, dokter spesialis kulit dan kelamin untuk bayi dan anak

Baca juga:
Ternyata, Cinta pada Pandangan Pertama Cuma Mitos
Tidur Cantik Mitos atau Fakta? Simak Penjelasan Ahlinya
Mitos Klasik tentang Kecantikan dan Faktanya
Makanan Pahit Bikin Langsing, Mitos atau Fakta?

1. Penggunaan sabun antiseptik
Penggunaan sabun antiseptik memang baik untuk mengurangi timbulnya bakteri. Namun, gunakan seperlunya saja sebab jika terlalu sering digunakan justru akan menimbulkan iritasi.

“Senyawa kimia feno atau kresol tidak dianjurkan untuk kulit anak yang rentan iritasi. Penggunaan yang rutin tidak baik, gunakan seperlunya saja, misalnya saat anak habis bermain di tempat kotor. Pilihlah yang ringan dengan PH kulit netral, tanpa pewangi atau alkohol,” ujarnya.

2. Cuci tangan
Orang tua sering meminta anak untuk mencuci tangan setelah memegang berbagai benda untuk menghindari kotor, apalagi jika masuk ke mulut, dikhawatirkan bisa menyebabkan sakit. Padahal, cuci tangan terlalu sering ternyata dapat merusak barrier kulit.

“Kalau bukan bakteri berbahaya sebaiknya tidak perlu cuci tangan karena bakteri ada juga yang tidak bahaya,” tuturnya.

3. Mengoleskan minyak pada bayi
Banyak minyak yang biasanya rutin dioleskan pada bayi setelah mandi, seperti minyak telon, minyak bayi, serta minyak zaitun atau minyak kelapa. Penggunaan minyak pada bayi memang memiliki banyak keuntungan, seperti minyak telon untuk menghangatkan bayi.

Minyak zaitun, minyak kelapa, atau minyak bayi bisa untuk melembutkan dan melembabkan kulit bayi sekaligus dapat digunakan untuk memijat bayi. Namun, jika kurang tepat memilih, justru akan memberikan efek buruk.

“Minyak zaitun justru cenderung menyebabkan iritasi, kekeringan kulit, hingga eksem. Lebih baik pilih minyak khusus bayi yang mengandung sunflower oil,” ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

4. Penggunaan bedak bayi
Penelitian terbaru menyampaikan banyaknya efek buruk penggunaan bedak tabur, terutama untuk bayi di bawah satu tahun, sebab bedak tabur memiliki banyak partikel kecil yang berbahaya saat terhirup oleh bayi.

"Banyak kasus anak mengalami gangguan pernapasan karena menghirup itu. Hindarilah mengaplikasikan pada bagian leher, dada, apalagi wajah," katanya.

Menurutnya, anak tak perlu diberikan bedak tabur ketika berkeringat atau ada ruam atau infeksi pada area popok. Jika memang berkeringat yang tak berlebihan, disarankan untuk memakai pelembab saja karena lebih baik untuk kulit bayi.

5. Penggunaan tisu basah
Memang, tisu basah memiliki tekstur yang lebih lembut dibandingkan handuk atau kain biasa untuk kulit bayi. Namun, kandungan yang ada pada tisu basah harus benar-benar diperhatikan. Pewangi dan alkohol pada tisu basah akan menyebabkan iritasi pada bayi.

“Ada yang nonalkohol tapi tetap ada kandungan yang berisiko sebabkan iritasi, karena itu penggunaan tidak boleh berlebihan. Jika untuk bepergian boleh saja tapi kalau di rumah usahakan pakai kapas biasa dengan metode tepuk-tepuk,” paparnya.

6. Penggunaan tabir surya pada bayi
Penggunaan tabir surya disarankan untuk bayi di atas enam bulan sebab untuk bayi di bawah enam bulan pemberian tabir surya justru lebih banyak menimbulkan efek samping.

Kalau pun ingin menggunakan tabir surya pada bayi maka orang tua harus mencari yang memiliki kandungan seng, yang sifatnya lebih untuk melindungi fisik, bukan untuk melindungi secara kimiawi.

“Lebih aman lagi jika bayi menggunakan pakaian yang menutup seluruh badan dengan perlindungan kacamata tanpa harus menggunakan tabir surya,” ujarnya

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

1 hari lalu

Ilustrasi selingkuh. Shutterstock
Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Tyas Widuri, menilai penahanan Anandira Puspita dan bayinya berpotensi mereviktimisasi korban dugaan perselingkuhan suaminya.


Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

4 hari lalu

Korban penusukan di Australia. Istimewa
Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.


8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

21 hari lalu

Ilustrasi mudik. TEMPO/Subekti
8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

Ada berbagai trik dan cara supaya bayi tidak rewel saat dibawa mudik lebaran atau perjalanan jauh


Mitos La Ode Wuna, Siluman Separuh Ular yang Menjadi Nenek Moyang Migrasi Masyarakat Sulawesi Tenggara ke Maluku

23 hari lalu

Tangkapan gambar presentasi soal Mitos La Ode Wuna millik Dosen Universitas Indonesia (UI), Geger Riyanto (Dok. Beranda BRIN)
Mitos La Ode Wuna, Siluman Separuh Ular yang Menjadi Nenek Moyang Migrasi Masyarakat Sulawesi Tenggara ke Maluku

Dosen UI, melalui BRIN, mengangkat kajian mengenai mitos siluman setengah ular. Erat kaitannya dengan sejarah pergerakan masyarakat Sulawesi Tenggara.


Warga Depok Nyaris Bentrok karena Bangunkan Sahur Dinilai Terlalu Mengganggu

23 hari lalu

Ilustrasi membangunkan sahur. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Warga Depok Nyaris Bentrok karena Bangunkan Sahur Dinilai Terlalu Mengganggu

Viral video keributan sekelompok pemuda dengan warga yang menegur cara membangunkan sahur yang dinilai terlalu mengganggu


Tega, Ibu Ini Tinggalkan Bayinya hingga Tewas di Rumah Demi Liburan 10 Hari

24 hari lalu

Ilustrasi ibu sedih saat mengasuh bayinya. Foto: Unsplash/Hollie Santos
Tega, Ibu Ini Tinggalkan Bayinya hingga Tewas di Rumah Demi Liburan 10 Hari

Seorang ibu tega meninggalkan bayinya sendirian di rumah hingga akhirnya tewas karena kelaparan demi liburan sendirian.


Benarkah Santan Bisa Menyebabkan Diare?

30 hari lalu

ilustrasi makanan bersantan (pixabay.com)
Benarkah Santan Bisa Menyebabkan Diare?

Sebagai bahan makanan yang mengandung lemak, santan memang dapat memicu gangguan pencernaan pada sebagian orang, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan atau oleh orang yang memiliki sensitivitas pencernaan tertentu.


Saran Ginekolog untuk Bantu Ibu Baru Melahirkan Atasi Gangguan Tidur

31 hari lalu

Ilustrasi ibu dan bayi. Foto: Unsplash/Kevin Liang
Saran Ginekolog untuk Bantu Ibu Baru Melahirkan Atasi Gangguan Tidur

Ginekolog menjelaskan pentingnya dukungan keluarga dalam upaya mengatasi gangguan tidur pada ibu yang baru melahirkan.


Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

35 hari lalu

Seorang pria menggendong bayi di pangkuannya, saat warga Palestina yang mengungsi, yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel berlindung di tenda kamp, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 14 Februari 2024 .REUTERS/Saleh Salem
Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

Ada ribuan anak yang sedang menderita penyakit komplikasi serius karena kelangkaan susu di wilayah Gaza utara.


Alasan Medis Ibu Menyusui Tak Wajib Puasa Ramadan

36 hari lalu

Relawan Layanan Kesehatan Cuma-cuma Dompet Dhuafa memeriksa kesehatan ibu menyusui penyintas Covid-19 di RW 07 Kelurahan Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis, 5 Agustus 2021. Monitoring dan edukasi kesehatan ini dilakukan dalam rangka Pekan ASI Sedunia. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Alasan Medis Ibu Menyusui Tak Wajib Puasa Ramadan

Ibu menyusui boleh tidak berpuasa Ramadan, ada alasan medis dibaliknya.