TEMPO.CO, Jakarta - Mendengar prosedur operasi, pasien kerap merinding. Seiring berkembangnya teknologi, rasa takut ini bisa diredakan lewat teknik minimal invasif.
Teknik dengan sayatan minimal sehingga mengurangi jumlah luka dan rasa sakit yang timbul pascaoperasi. Risiko komplikasi teknik ini juga lebih rendah dibanding operasi umumnya sehingga waktu dirawat di rumah sakit lebih singkat.
Artikel lain:
Jangan Abaikan Tanda-tanda Ini, Bisa Jadi Penyakit Jantung
7 Kiat Menjaga Jantung Tetap Muda
Waspada, Varises Bisa Tingkatkan Risiko Serangan Jantung
Dokter: Remaja pun Bisa Terserang Penyakit Jantung Koroner
Teknik ini bisa dimanfaatkan untuk pasien yang mengalami gangguan jantung dan urologi. Dokter spesialis jantung, konsultan kardiologi intervensi, Wishnu Aditya, mengungkapkan sekitar 75 persen kasus jantung koroner bisa ditangani dengan teknik minimal invasif.
"Dulu, prosedur perbaikan jantung hanya bisa dicapai dengan tindakan operasi. Dadanya dibuka, organ jantung terlihat baru bisa diperbaiki," ucap dokter yang praktik di rumah sakit Pondok Indah cabang Pondok Indah, Jakarta, ini.
Baca Juga:
Kini, dengan teknik intervensi jantung nonbedah, masalah jantung koroner bisa ditangani dengan kateterisasi jantung. Caranya dengan menggunakan akses pembuluh darah badan untuk mencapai jantung tanpa perlu melakukan pembedahan di area dada (open heart surgery).
Solusi minimal invasif ini juga diterapkan dalam bidang urologi. Dokter spesialis urologi Hery Tiera mengatakan sekitar 90 persen masalah urologi bisa ditangani dengan minimal invasif.
"Sehingga membuat pasien rata-rata lebih aman, nyaman, dan mau menjalani tindakan yang otomatis bisa memperbaiki masalah kesehatan," ujar Hery.
Hery menerangkan rencana penanganan masalah urologi biasanya dimulai dari tahap perawatan konservatif.
"Artinya, tanpa tindakan medis atau tindakan yang bersifat noninvasif. Baru naik ke minimal invasif, baru naik lagi ke open surgery," imbuhnya.