TEMPO.CO, Jakarta - Benarkah pada pengidap komplikasi yang melibatkan liver, maka keselamatan liver mesti diprioritaskan? Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta Pusat, dr. Erik Rohmando Purba, pun memberikan penjelasannya.
Pada prinsipnya, pengobatan penyakit komplikasi mesti menyeluruh. Misalnya, diebetes yang merambat ke jantung dan ginjal, tim dokter mesti mengobati semua organ yang terdampak, jangan hanya jantung dan ginjal. Itu sama saja mengobati akibat tanpa membereskan sebab.
Baca Juga:
Baca juga:
Waspadai Timbunan Lemak di Liver, Komplikasinya Beragam
2 Cara Detoksifikasi Alami buat Liver
Ladies, Ayo Konsumsi 10 Makanan Sahabat Liver Ini
Cegah Pikun dan Sakit Liver dengan Kopi
“Liver salah satu organ terbesar tubuh dengan fungsi paling banyak. Ia mendetoksifikasi racun, melancarkan metabolisme gula darah, memproduksi sel darah merah dan protein, menegakkan sistem kekebalan tubuh, hingga mengatur pembekuan sel darah,” jelas Erik.
“Karena fungsinya banyak, kalau ada penyakit menjangkiti organ lain, liver rentan terdampak. Bahkan obat-obatan yang kita konsumsi pun dicerna juga oleh liver,” tambahnya.
Kerusakan liver bisa disebabkan penyakit primer dan sekunder. Disebut primer, saat lever terganggu karena infeksi virus, misalnya hepatitis B, hepatitis C, atau kebiasaan menenggak alkohol.
Ilustrasi liver. shutterstock.com
Sementara penyakit sekunder disebabkan konsumsi obat atau penyakit yang menyerang organ lain, kemudian menjalar ke liver. Saat gangguan liver terdeteksi, tim dokter harus mengecek apakah itu gangguan primer atau sekunder.
“Misalnya ibu hamil muntah-muntah. Setelah dicek, fungsi hatinya meningkat. Kita harus cek dulu, peningkatan fungsi hatinya seberapa besar. Kalau peningkatannya tinggi sampai ratusan biasanya karena virus Hepatitis atau gagal jantung berat,” ujar Erik.
Ia mengingatkan liver organ supersensitif. Karena fungsinya banyak, liver menjadi yang terpenting dalam tubuh. Bersyukurlah jika gangguan liver terdeteksi sejak dini. Biasanya, pasien penyakit liver dibawa ke rumah sakit dalam kondisi muntah darah. Ini sangat terlambat.
“Liver memiliki daya regenerasi yang sangat baik. Meski telah rusak 50 persen, ia tetap bekerja maksimal seolah semuanya baik-baik saja. Kinerja liver baru terganggu jika kerusakannya mencapai 90 persen. Itu ditandai dengan pembengkakan tubuh, kulit menguning, dan muntah darah,” papar Erik.
Terkait salah diagnosis, Erik mengatakan dokter selayaknya detektif. Ia menegakkan diagnosis berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul. Salah diagnosis biasanya terjadi karena bukti-bukti yang terkumpul belum cukup. Di sisi lain, Erik mengimbau pihak keluarga aktif memantau kondisi klinis pasien selama 48 sampai 72 jam setelah pulang dari rumah sakit.
“Mohon dicek apakah obat pemberian dokter bekerja maksimal atau tidak. Jika dalam satu atau dua hari kondisinya tidak membaik, bawa lagi ke dokter,” saran Erik.
“Kalau demam meninggi, berat badan terus menyusut, nafsu makan pasien berkurang, mudah dehidrasi, dan tingkat kesadarannya menurun, keluarga harus cepat mengambil tindakan. Bisa jadi penyakit yang diderita memberat sehingga obat yang digunakan tidak lagi efektif,” ucap Erik.