TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak berusia 1-5 tahun berada dalam tahap aktif dan selalu ingin bergerak. Namun, keaktifan anak juga dipengaruhi oleh makanan.
Baca juga:
Memahami Cara Tepat Memberi Makan Balita
Anak Susah Makan Rentan Stress Jika Terus Dipaksa
Ahli gizi medik Dr. Saptawati Bardosono, MSc, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan bahwa anak-anak yang terlalu banyak mengkonsumsi makanan manis membuat perilakunya cenderung tidak terkendali. "Kalau anak terlalu banyak makan manis bisa tidak terkendali, gerakannya tidak terkontrol, main enggak bisa distop. Kenapa? Karena dia dapat energi dari makanan manis, glukosanya itu. Ada yang bilang sugar rush," katanya.
Artikel lain:
Biasakan Anak Makan Sambil Duduk, Bukan Digendong
Trik Membujuk Anak agar Mau Makan
Ini berbeda jika dibandingkan dengan anak yang banyak mengkonsumsi laktosa yang biasanya terdapat dalam susu. Selain memerlukan waktu yang lama untuk bisa menghasilkan energi, laktosa yang dipecah pun bukan menjadi glukosa melainkan galaktosa.
"Bukan glukosa atau gula yang cepat menaikkan gula darah. Galaktosa adalah energi buat otak. Jadi kalau otaknya dikasih energi, otaknya tentu happy. Jadi anak yang diberi makanan makanan manis dibanding kita kasih makanan yang mengandung prebiotik atau susu, anak perilaku dan moodnya beda," lanjutnya.
Tak hanya itu, gula juga tidak menghasilkan makanan untuk bakteri baik dalam tubuh. Sehingga, saat jumlah bakteri baik berkurang, maka bakteri tersebut tidak dapat menjaga saluran cerna dan akan mengakibatkan pencernaan anak terganggu.
Meski demikian, Saptawati tetap memperbolehkan anak mengkonsumsi makanan manis asal diseimbangkan dengan makanan bergizi dan dikonsumsi dalam batas wajar. Dan disarankan memberi makanan manis alami seperti yang terdapat dalam buah atau sayur. "Boleh manis, tapi kalau bisa manis dari makanan alami seperti sayuran atau buah. Jangan dari cake, cookies, cokelat, gula-gula. Gulanya akan cepat naik," ujarnya.