TEMPO.CO, Jakarta - Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) masih jadi perbincangan hangat sampai saat ini. Bahkan, banyak orang yang memilih untuk tidak melakukan imunisasi atau vaksin dengan alasan ini. Parahnya lagi ada banyak jenis KIPI yang saat ini bermunculan di masyarakat, mulai dari demam hingga berujung kematian.
Baca juga:
Kenapa Anak Perempuan Mesti Disuntik Vaksin HPV
1 dari 10 Bayi Belum Divaksin, Apa Akibatnya?
Banyak orang masih mempertanyakan apakah KIPI ini benar terjadi atau tidak setelah imunisasi dan apakah efek ini berbahaya bagi tubuh. Dokter DTM & H Unit Neotalogi Toto Wisnu Hendrarto membenarkan jika beberapa pasien akan terkena KIPI setelah melakukan imunisasi atau vaksin. “Kejadiannya sendiri mungkin hanya masalah medis minor seperti demam. Tetapi berdasarkan keparahannya, ini digolongkan menjadi demam ringan atau sedang,” ujar Toto.
Meski begitu, Toto mengatakan demam yang timbul setelah imunisasi ini tidak berkaitan dengan masalah medis. Gejala ini kata dia adalah hal yang wajar pada setiap orang, khususnya anak-anak setelah melakukan imunisasi atau vaksin. Menurutnya, ini hanya sebagai reaksi yang diberikan lantaran tubuh menerima cairan atau benda asing di dalamnya. “Kenapa bisa demam? Karena itu kan benda asing yang dimasukkan ke tubuh kita. Jadi, demam itu hanya sebagai reaksi saja,” kata Toto.
Artikel lain:
Kisah Vaksin yang Konon Penyebab Autisme
Vaksin Mencegah Penyakit Lebih Parah, Masih Ragu
Dari data UNICEF, angka KIPI di Indonesia ini sangat rendah. Misalnya pada imuniasi dan vaksin serentak yang diadakan di Pulau Jawa pada tahun 2017 lalu, UNICEF mencatat dari 35 juta anak yang diimunisasi, ada sebanyak 214 laporan yang masuk soal dugaan KIPI. “Namun, setelah diinvestigasi, tiga orang karena programmatic error, sembilan orang karena vaccines related ( MILD) dan sisanya coincidence bukan KIPI,” ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah akan kembali menggelar imuniasi dan vaksin serentak di seluruh Indonesia kecuali Pulau Jawa. Ini akan menyasar anak-anak dengan rentang usia antara 9 bulan - 15 tahun. Kegiatan ini rencananya akan di gelar pada bulan Agustus untuk sekolah-sekolah dan pada bulan September yang akan dilaksanakan di posyandu, puskesmas komunitas dan lainnya.
YATTI FEBRI NINGSIH