TEMPO.CO, Jakarta - Di Indonesia, kecenderungan bertransaksi menggunakan kartu debit dan kredit makin tinggi. Ini bisa dilihat dari ketersediaan mesin pembayaran nontunai di hampir setiap tempat perbelanjaan dan restoran.
Penggunaan aplikasi pembayaran daring dan uang elektronik pun makin populer dalam dua tahun terakhir. Pembelian tiket transportasi umum, seperti kereta api, bus Transjakarta, dan pembayaran jalan tol, sudah menggunakan e-money.
Baca juga:
Generasi Milenial, Apa Sih Kelebihannya?
Memahami Kriteria Pekerjaan Favorit Generasi Milenial
Generasi Milenial Senang Berganti Pekerjaan, Ini yang Dicari
4 Kiat buat Generasi Milenial untuk Menghindari Depresi
Fakta bahwa kereta api dan bus Transjakarta bukan moda transportasi yang digunakan masyarakat kelas atas menandakan bahwa e-money sudah akrab di berbagai kelas masyarakat.
Generasi milenial, yang dimanjakan dengan kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi serta didukung berbagai perangkat pembayaran digital, sangat menyukai model pembayaran nontunai.
Menurut Nasdaq.com, di mata milenial, membawa uang tunai dinilai bukan cara yang aman mengingat potensi kehilangan atau kecopetan sangat tinggi. Membawa uang tunai juga bukan cara terbaik untuk mencatat pengeluaran, membeli tiket, dan jual-beli daring.
Alasan lain meningkatnya kecenderungan melakukan transaksi nontunai, kecanggihan, dan keamanan alat pembayaran nontunai. Selain itu, keuntungan yang ditawarkan aplikasi pembayaran daring sangat menggiurkan dari uang kembali hingga 30 persen, diskon khusus, dan poin yang bisa digunakan untuk berbelanja kembali.
Generasi milenial tidak hanya sedang mempersiapkan masa depan tanpa kertas tapi menuju era uang digital. Era ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena faktanya masih banyak hal yang membutuhkan sistem pembayaran tunai.
Masih ada pula yang menganggap pembayaran tunai lebih menguntungkan karena tidak ada biaya transaksi atau biaya administrasi untuk transaksi antarbank.