TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Subdit Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dari Kementerian Kesehatan RI, dr. Suwito, M.Kes, menyebut salah satu penyebab tingginya angka kematian pasien demam berdarah dengue (DBD) yakni diagnosis yang terlambat.
“Diagnosis awal harus cepat. Karakter demam pada DBD sekarang meninggi, lalu satu-dua hari kemudian menurun drastis. Anggota keluarga mengira demam sudah reda ternyata pasien memasuki fase kritis,” ucap Suwito.
Artikel lain:
Dokter Sebut Penyebab Pasien Demam Berdarah Banyak yang Meninggal
Waspadai Nyamuk Penyebar DBD, seperti Apa Itu?
Ternyata, Hanya Nyamuk Betina yang Senang Mengisap Darah
Memahami Usia yang Tepat untuk Vaksin DBD
Seharusnya, memasuki hari kedua pasien dilarikan ke rumah sakit agar dokter segera menegakkan diagnosis dan memberi perawatan yang tepat. Selain itu, anggota keluarga, khususnya ibu, mesti memahami demam pertanda DBD memiliki karakter spesifik.
“Anda patut curiga saat si kecil mendadak demam tanpa disertai batuk dan pilek,” tambah Suwito.
“Kasus DBD tetap ada meski tidak sebanyak tahun lalu. Diduga, karena musim kemarau tahun ini lebih panjang. Panjangnya musim kemarau tahun ini jangan sampai membuat kita terlena,” ia mengingatkan.
Suwito kemudian membuka fakta menarik yakni ada empat provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus DBD tertinggi yakni Bali, Aceh, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Di Bali, menurut Suwito, mobilitas wisatawan sangat tinggi.
“Ada wisatawan dari provinsi atau negara lain datang ke Bali dalam kondisi demam, lalu digigit nyamuk aedes aegypti. Nyamuk itu menyebarkan virus ke orang lain. Itu sangat mungkin terjadi. Faktor pemicu di setiap daerah berbeda-beda,” papar Suwito.
Meski kasus DBD kembali meninggi, Suwito berharap keluarga Indonesia tidak panik. Saat ada tetangga atau anggota keluarga positif terjangkit DBD, jangan langsung minta dilakukan pengasapan.
Ilustrasi - Nyamuk Aedes Aegypti. SHUTTERSTOCK KOMUNIKA ONLINE
“Harus ada riset dulu untuk mengetahui apakah sumber DBD dan penularan benar terjadi di daerah Anda atau tidak. Dikatakan positif jika ada pasien lain terjangkit DBD dan ditemukan jentik nyamuk di daerah Anda, maka perlu dilakukan fogging,” tambahnya.
Kuncinya 3M. Pertama, menguras tempat penampungan air secara rutin.Kedua, menutup tempat penampungan air. Ketiga, mendaur ulang barang bekas yang berpotensi terisi air dan masih memiliki nilai ekonomis.
Mengubur barang sudah tidak relevan lagi. Saat barang yang terbuat dari plastik dikubur, ia akan mencemari tanah mengingat plastik sangat susah diurai oleh mikroba.
Yang tidak kalah penting, jangan membuat sarang nyamuk di rumah Anda sendiri. Sarang nyamuk yang dimaksud, kebiasaan menggantung baju di balik pintu kamar selama berhari-hari.
“Apalagi jaket atau baju yang Anda gantung berwarna gelap, itu sangat disukai nyamuk,” serunya.
Cara lainnya, tanam tumbuhan berbau yang tidak disukai nyamuk. “Ingat, jumlah kasus DBD meningkat jika populasi vektor meningkat. Populasi vektor meningkat apabila ada banyak tempat untuk berkembang biak. Selain itu tanamlah tumbuhan pengusir nyamuk seperti lavendel, sereh, dan zodia,” saran Suwito.