TEMPO.CO, Jakarta - Ketika anak - anak masih sangat kecil, mereka dengan mudah berbicara tentang apa saja kepada ibunya. Namun ketika anak beranjak remaja, tak sedikit yang mulai menutup diri dari orang tuanya.
Artikel lain:
Kiat Jadi Teman Diskusi Anak yang Beranjak Remaja
4 Cara Menghadapi Remaja Galau, Berlaku untuk 2 Minggu
Tanda - tanda yang paling mudah ditemui, anak - anak pra remaja ini mulai asyik dengan dunianya sendiri atau hanya dengan teman - temannya. Bila diajak bicara, jawabannya seringkali singkat dan tanpa rasa antusias.
"Biasalah, Ma. Ya gitu deh. Udah, deh Ma jangan tanya - tanya," Vera Itabiliana, psikolog anak dan keluarga, mencontohkan beberapa kalimat yang biasa dilontarkan anak pra remaja yang mulai malas ngobrol dengan orang tua, khususnya ibu.
Dalam sebuah diskusi parenting bersama Lazada, Vera Itabiliana mengungkapkan beberapa trik untuk berkomunikasi dengan anak usia pra remaja. "Kalau dengan anak yang memang biasa mengobrol, orang tua bisa melakukan penjadwalan untuk ngobrol khusus. Misalnya, Senin sore untuk si sulung, dan lain - lain. Namun untuk anak yang malas - malasan ngomong tadi, tentu butuh trik lain," ujarnya.
Baca Juga:
Vera menyarankaan, biasakan untuk tidak mengawali dengan pertanyaan ketika ada momen bersama anak. Ini langkah awal yang sangat menentukan.
Artikel lain:
Tip Mengatasi Body Image Pada usia Praremaja
Referensi Buku untuk Anak yang Beranjak Remaja
"Karena ini akan membuat anak tidak nyaman, selalu ditanya, seperti diinterogasi, dan mungkin waktu pulang sekolah capek ya," kata Vera. "Maka kitalah yang bisa duluan ngomong, bercerita pengalaman kita hari itu apa, mendatangi acara apa, bertemu siapa, atau sekadar cerita makan makanan enak."
Setelah diawali yang ringan-ringan dan mulai ada penerimaan dari anak, orang tua bisa mulai memancing obrolan dengan sesuatu yang disukai anak. Dengan mengetahui apa kesukaannya, maka akan lebih cepat menarik perhatian anak.
"Jadi kita mesti tahu kesukaan dia apa, selalu update anak sedang suka apa," ujarVera sambil mencontohkan pengalamannya sendiri yang selalu mem-follow akun - akun yang di-follow anaknya di Instagram. "Contohnya anak saya suka Marvel. Jadi ketika trailer film terbaru Marvel keluar, saya sudah tahu. Lalu saya jadikan bahan obrolan yang seru dengan anak," paparnya.
Intinya, adalah proses membuat anak nyaman lagi dengan orang tuanya. Dan ini tidak bisa dilakukan hanya dengan satu atau dua kali pertemuan, melainkan harus secara terus menerus.
"Jadi buat anak nyaman dulu dengan kehadiran kita. Pikiran - pikiran keponya singkirkan dulu deh. Di sekolah gimana, ngapain, nanti dulu deh pertanyaan - pertanyaan semacam itu," saran Vera. "Kalau anak sudah nyaman dan relaks, biasanya cerita akan keluar sendiri. Tapi ya butuh waktu, tidak bisa sekali dua kali," pungkasnya.