TEMPO.CO, Jakarta - Nama Lalu Muhammad Zohri dikenal sebagai salah satu atlet berprestasi tanah air. Prestasinya ini terukir setelah meraih juara dunia lari 100 meter U-20 di Tampere, Finlandia, beberapa waktu lalu. Di balik prestasinya itu, ada sosok perempuan yang menjadi pembuka jalanya menjadi seorang atlet seperti saat ini.
Baca juga: Evolusi Lalu Muhammad Zohri, dari Tanpa Sepatu sampai Juara Dunia
Sosok perempuan tersebut adalah seorang guru olah raga bernama Rosida. Ia mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pemenang, Mataram, Nusa Tenggara Barat, tempat Zohri menempuh pendidikan. Rosida tercatat sebagai guru di sana sejak tahun 1999.
Dia menceritakan pertama kali melihat Zohri saat ia bermain olah raga. Namun, saat itu olahraga yang digeluti Zohri bukanlah lari, melainkan sepak bola. Saat Rosida menawarkan untuk masuk dalam ekstrakulikuler lari, ia menolaknya. “Susah banget waktu ajakin dia (masuk ekstrakulikuler lari) dia nggak mau. Dia lebih memilih sepak bola,” cerita Rosida saat ditemui di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Rabu, 25 Juli 2018.
Sprinter Lalu Muhammad Zohri (kiri) memperlihatkan medali emas ketika berkeliling bersama Presiden Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu, 18 Juli 2018. Pasca-memenangi kejuaraan atletik dunia, nama Zohri makin terkenal setelah diketahui bahwa ia berasal dari keluarga sederhana. ANTARA/Wahyu Putro A
Meski tidak mudah untuk mengajak Zohri, Rosida tidak menyerah. Ibu empat anak ini akhirnya bisa merayu Zohri mengikuti ektrakulikuler lari di sekolahnya. Setelah itu dua tahun kemudian, Zohri berhasil masuk ke Pusat Pembinaan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Mataram pada tahun 2016. Setahun kemudian, Zohri melanjutkan pendidikannya di Pusatan Latihan Nasional (Pelatas) pada tahun 2017. “Saya nggak pernah nyangka dia akan menjadi seorang juara dunia. Saya sangat senang banget pertama kali dengar kabar dia menang,” lanjut Rosida.
Baca juga: Ini Deretan Bonus dan Bantuan yang Didapat Lalu Muhammad Zohri
Rosida merupakan sosok wanita sekaligus guru yang sangat mencintai dunia olah raga. Ia bahkan pernah mencoba berbagai lomba olah raga, salah satunya panahan. Selain mengajar olah raga, wanita berusia 46 tahun itu merupakan ibu rumah tangga yang menghabiskan waktu mengajar dan berkebun. Namun, kini ia dapat kesempatan untuk bisa menjadi seorang pelatih calon atlet. “Setelah Zohri memang, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menawarkan aku pelatihan untuk menjadi seorang pelatih atlet. Alhamdulilah,” kata dia.
Selanjutnya ia bermimpi bisa menemukan bibit-bibit berbakat lain seperti Zohri khususnya, di daerah tempat tinggalnya. Keberhasilan Zohri di bidang olah raga kata dia banyak membawa inspirasi pada anak-anak didiknya di tempat ia mengajar. “Setelah Zohri menang, sekarang banyak murid suka lomba lari sendiri siang-siang bolong pas jam istirahat. Mereka ingin seperti Muhammad Zohri katanya,” tutup Rosida. (