TEMPO.CO, Jakarta - Tren gaya hidup halal saat ini tengah diminati masyarakat, mulai dari fashion hingga kuliner. Tak heran jika makanan halal saat ini tengah digencarkan baik untuk makanan asli dan luar Indonesia. Salah satunya dilakukan oleh restoran Yan Palace yang menyediakan makanan Cina yang halal.
Baca juga:
Kuliner khas Sichuan, Kaya Aroma dan Pedas yang Unik
Pecinta Makanan Korea Wajib Coba 5 Sajian Penutup Ini
Executive Chef di Hotel Santika, Frederick D. Turambi menjelaskan untuk membuat masakan cina yang halal bukan hal yang mudah. Bahkan, untuk membuat sebanyak total 50 jenis menu makanan yang ada, ia harus melalui eksperimen hingga berpuluh-puluh kali. Ini karena ia tetap menggunakan bumbu asli dari Indonesia.
“Mungkin kalau melihat konsepnya ini adalah makan Chiness sebenarnya. Cara membuatnya, yang pasti kita harus beberapa kali eksperimen dengan bumbu-bumbu,” ujar Frederick, di Jakarta, Jumat, 21 Juli 2018.
Hidangan khas Cina dengan konsep halal di Yan Palace, Hotel Santika Jakarta, dari Executif Chef Frederick D. Turambi. TEMPO | Yatti Febri Ningsih
Selain itu, tantangan dalam membuat makanan dengan konsep halal ini juga berbenturan dengan penggunaan MSG (Monosodium Glutamat). Frederick memastikan tidak menggunakan MSG dalam setiap masakannya, padahal makanan Cina ini sangat identik dengan MSG. Meski begitu, ia punya resep untuk membuat makanannya tetap enak dan tidak menghilangkan cita rasa aslinya tanpa harus menggunakan penyedap rasa.
Artikel lain: Suasana New York di Jakarta, Coba Mampir ke Restoran Vong Kitchen
“Rahasianya sebenarnya biar enak adalah lebih kepada pintar dalam bermain garam dan gula. Itu adalah kuncinya,” lanjutnya. Selain itu mempertahankan cita rasa negara asalnya Cina, Frederick juga punya tips sendiri untuk tetap enak di lidah Indonesia. Dia menggunakan kecap manis sebagai tambahan, agar makanan enak sekaligus pas di lidah mereka.
“Sebenarnya makanan Chinese. Cuma berhubung target market kita masyarakat Indonesia, kita harus memakai kecap manis untuk menyatukan cita rasa lidah masyarakat Indonesia. Kaldunya kita pakai pork kita tetap pakai sapi, ayam atau bebek,” tutupnya.