TEMPO.CO, Jakarta - Bagi remaja yang diidolakan seperti Bowo Tik Tok, mereka cenderung tidak siap mental menghadapi popularitas yang datang tiba-tiba. Remaja, kata psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi memandang penting apa pendapat orang lain akan dirinya.
Mereka belum siap menghadapi komentar negatif. Ketika ingin atau sudah populer, yang mereka bayangkan hanyalah yang indah-indah. Tidak heran, akibat terlalu banyak ejekan dari para pembenci membuat Bowo tertekan hingga berniat pindah sekolah.
Baca juga:
Tips Ibu Selebgram Lindungi Anak di Media Sosial
Tingkah Anak di Media Sosial Kian Memprihatinkan, Ini Kata Pakar
Pentingnya Memantau Media Sosial Anak
Pentingnya Orang Tua Memantau Penggunaan Media Sosial Anak
Ini sebabnya, pendampingan orang tua terhadap anak remaja, terutama saat bermain media sosial amat diperlukan. Jangan sampai seperti ibunda Bowo, yang tidak menyangka anaknya mendadak diperbincangkan banyak orang. Ia memutuskan berhenti bekerja agar bisa melindungi serta fokus mengawasi buah hatinya.
“Saya kira keputusan itu sah-sah saja dan wajar dilakukan ibu saat melihat anaknya butuh bantuan,” kata Vera.
Orang tua perlu mengawasi dan mengetahui apa saja kegiatan anak di medsos termasuk citra anak mereka di jagat maya.
“Orang tua tetap harus mendampingi dan mengingatkan anak tentang batasan-batasan dalam penggunaan media sosial seperti kapan waktu (menggunakannya), media sosial apa yang baik, apa saja yang pantas diunggah, bagaimana menghadapi komentar negatif, mengingatkan tentang internet safety agar tidak mengganggu aktivitas lain seperti belajar, sekolah, dan bersosialisasi di dunia nyata,” urai Vera.
Bowo Alpenliebe atau Prabowo Mondardo remaja yang dikenal lewat video-cideonya di aplikasi Tik Tok (Tabloidbintang.com)
Begitu pula dengan orang tua dari remaja yang mengidolakan seseorang hingga fanatik. Jika sudah berlebihan, orang tua harus mendampingi anak untuk menjaga mereka tetap di jalur realitas, di antaranya mengajak anak berdiskusi bahwa tidak semua yang terlihat di medsos adalah hal yang sebenarnya.
Bahas juga tentang batasan yang wajar saat mengidolakan seseorang. Tentu saja, jangan terlalu membatasi anak untuk menjadi idola atau mengidolakan seseorang.
“Karena jika anak merasa idolanya direndahkan, mereka akan marah dan menganggap orang tua tidak bisa memahami mereka. Orang tua sebaiknya menempatkan diri sebagai teman diskusi agar mereka dapat menilai secara objektif. Anak juga perlu diarahkan bahwa dari satu idola juga ada hal-hal buruk yang tidak patut ditiru,” ucap Vera.