TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes dapat mengganggu fungsi ginjal. Zat-zat yang dibutuhkan tubuh dapat ikut terbuang ketika fungsi ginjal menurun. Rutin memantau kadar gula, lemak, dan tekanan darah dapat mencegah dampak negatif penyakit ginjal diabetik.
Tingginya aktivitas harian seringkali berujung pada gaya hidup tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan cepat saji, jarang berolahraga, tingkat stres yang tinggi, atau bekerja hingga larut malam, yang membuat penyakit menjadi mudah menyerang. Salah satunya adalah diabetes.
Banyak orang sudah mengenal penyakit yang satu ini. Namun kerap tidak disadari penyakit tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi ginjal atau biasa disebut dengan penyakit ginjal diabetik (nefropati diabetik).
Artikel lain:
Kiat Penderita Diabetes Mengontrol Gula Darah Saat Puasa
Puasa, Kiat Sederhana Mengontrol Diabetes
Ketua IDAI : Anak Jaman Now Rentan Diabetes karena Kecanduan
Pakar Sebut Alasan Wanita yang Sering Lembur Rentan Kena Diabetes
Penyakit ini mengacu pada kondisi terjadinya kerusakan ginjal yang tidak dapat diperbaiki, yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah (gula). Penyakit ini berkembang pada sekitar 35 persen penderita diabetes dan merupakan salah satu komplikasi diabetes yang mematikan karena dapat memicu gagal ginjal. Berdasarkan penelitian, kondisi ini menyumbang lebih dari 50 persen kasus penyakit ginjal stadium akhir di Amerika Serikat.
Jika ginjal berhenti bekerja sepenuhnya, limbah dan cairan ekstra akan terbentuk di aliran darah sehingga dapat mengakibatkan pembengkakan ginjal dan kekurangan aliran darah bersih untuk tubuh.
Perlu diketahui, ginjal yang berfungsi sebagai penyaring darah terdiri dari sekitar satu juta nefron pada setiap ginjal. Nefron adalah gelung halus pembuluh darah. Adanya diabetes dapat membuat kerusakan pada gelung halus tersebut.
Proses ini tidak terjadi seketika melainkan secara perlahan selama bertahun-tahun tanpa disadari penderitanya. Pada tahap awal, kerusakan terjadi pada sistem penyaringan ginjal.
“Urin yang dikeluarkan mengandung zat-zat penting yang seharusnya tidak terbuang, seperti protein, yang terdiri dari mikroalbuminuria jika dalam jumlah kecil dan makroalbuminuria bila dalam jumlah besar,” tutur dokter Aida Lydia, Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia.
Seiring waktu, lanjutnya, kerusakan yang terjadi dapat mengganggu persarapan berkemih yang akan menyebabkan gangguan pengosongan kandung kemih. Kondisi ini dapat berakibat terjadinya infeksi yang berulang pada saluran kemih.
Pada kondisi awal, penyakit ginjal diabetik tidak menunjukkan gejala tertentu. Gangguan pada tahap ini hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan rutin. Bila protein yang keluar melalui urin berjumlah banyak maka urin akan terlihat seperti berbusa.
Bila gula darah tidak dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi gangguan fungsi ginjal untuk membuang sisa metabolisme tubuh (waste product), yang ditandai dengan peningkatan ureum dan kreatinin di dalam darah. Kondisi ini pada tahap awal pun tidak menunjukkan gejala tertentu.
Ilustrasi ginjal
Namun, seiring semakin beratnya gangguan fungsi ginjal, penderita akan mengalami keluhan mual, tidak nafsu makan, lemas dan pucat (anemia), serta dapat disertai bengkak pada tungkai. Peningkatan tekanan darah (hipertensi) serta kadar lemak darah (kolesterol dan trigliserida) pun ditemukan pada sebagian penderita.
Ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah, maka akan timbul gejala-gejala seperti kebingungan, kelelahan, sering infeksi, perasaan sakit yang umum, meningkatnya intensitas buang air kecil, dan kadar gula darah rendah.
Jika ginjal sudah tidak mampu mengeluarkan kelebihan insulin dari darah maka dapat muncul gatal yang tak kunjung hilang, penurunan nafsu makan, adanya kandungan protein dalam urin serta pembengkakan mata, tangan, pergelangan kaki dan kaki.
Dapat juga terjadi gangguan tidur serta penurunan berat badan. Bila kondisi berlanjut sampai ke tahap akhir gagal ginjal, pasien akan mengalami ritme jantung tidak normal, kram otot, nyeri perut, diare, demam, mimisan, dan ruam.
Menjalani pola hidup sehat menjadi cara terbaik agar terhindar dari berbagai penyakit, termasuk penyakit ginjal diabetic, seperti dengan menghindari rokok serta menghindari obat/jamu/suplemen tertentu yang dapat mempengaruhi darah.
Makanlah makanan seimbang dengan banyak buah dan sayuran, serta disarankan setidaknya satu jam berolahraga dengan frekuensi lima sampai tujuh kali dalam seminggu. Hindari juga minuman beralkohol dan meminum setidaknya delapan gelas air putih setiap hari untuk membantu tubuh membersihkan racun secara efektif.
Selain itu, pemantauan kadar gula, lemak, dan tekanan darah secara rutin juga perlu dilakukan sebagai upaya mencegah penyakit ini. Hal itu karena gangguan ginjal pada tahap awal hanya bisa diketahui dari pemeriksaan darah dan urin.
Perlu diketahui, jika kondisi telah berkembang menjadi penyakit ginjal stadium akhir, maka satu-satunya pilihan pengobatan untuk pasien adalah dengan cuci darah atau dialisis dan transplantasi ginjal.