TEMPO.CO, Jakarta - Produk batik cetak tak akan mematikan batik tulis. Hal itu selalu menjadi pembahasan ketika berbicara tentang batik. Desainer ternama Anne Avantie angkat bicara terkait hal tersebut.
Batik cetak adalah kain motif batik, tapi tidak dibuat dengan cara membatik alias menutupi kain dengan lilin batik (malam), melainkan menggunakan mesin cetak. Itu sebabnya batik cetak terlihat tanpa cacat dan harganya jauh lebih murah.
Dia tak mempermasalahkan maraknya produk batik printing di pasaran. Namun, ia juga mengerti perajin batik menjadi sakit hati. Bagi Anne, dua hal tersebut memiliki hak yang sama untuk terus bertahan mengingat ada banyak pekerja di balik batik cetak.
Artikel lain:
Kolektor 1.000 Batik Kuno Ini Membagi Tip Menyimpan Batik
Batik Modern Kombinasi Budaya Jepang untuk Generasi Milenial
Tri Agustin, Dulu Buruh Batik, Kini Pengusaha Batik
Motif Kontemporer, Solusi agar Batik Digemari Berbagai Kalangan
“Tukang printing juga manusia. Kalau printingnya tutup berapa banyak orang yang tidak bisa makan. Orang yang punya uang hanya bisa jual printing, ya biarlah, tapi saya tetap nasionalis,” kata Anne.
Dia mengatakan, baginya usaha adalah bagaimana perusahaan mampu menyejahterakan pekerjanya atau memiliki kehidupan yang layak. Selain itu, terkait pihak yang mencontek motif batik menurutnya adalah salah satu bagian dari perkembangan busana yang mau tak mau sulit dihentikan.
Apalagi, lanjut Anne, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kemampuan kloning yang luar biasa. Oleh karena itu, batik harus dilihat dari beberapa sudut pandang.
“Sudut pandang bisnis, industri kreatif dan yo wis merem [ya sudah tutup mata], yang penting semua jalan,” katanya.