TEMPO.CO, Jakarta - Polycystic Ovary Syndrome atau PCOS adalah sindrom ketidakseimbangan hormon pada perempuan. Sindrom yang dialami Tya Ariestya dan Mesty Ariotedjo ini memicu lonjakan kadar hormon androgen di tubuh.
Dampaknya antara lain siklus menstruasi yang tak teratur (termasuk perdarahan di luar haid), susah hamil, gangguan metabolis, diabetes tipe dua, hipertensi, stroke, jantung koroner, dan yang paling bahaya kanker rahim. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Nadir Chan mengatakan jika pasien positif PCOS ingin hamil lakukan diet. Jika setelah berdiet dengan disiplin tidak kunjung hamil, dokter memberikan obat untuk merangsang perkembangan sel telur lalu ditambah dengan metformin.
Artikel lainnya:
Hamil dengan PCOS, Mesty Ariotedjo Batasi Aktivitas Fisik
10 Penyebab Sulit Hamil
“Kalau setelah 6 bulan sejak mengonsumsi kedua obat itu masih belum hamil juga, dokter menginjeksi pasien dengan hormon untuk mengatasi dominasi hormon androgen. Kalau ia hamil, injeksi kami teruskan untuk menjaga kestabilan hormon ibu dan janin. Kalau tidak hamil, barulah kami merekomendasikan program bayi tabung,” ujar Nadir.
Mayoritas perempuan pengidap PCOS gagal mendapat keturunan secara alami karena mereka tak punya komitmen menjalani diet dan olahraga teratur. Di tengah jalan mereka menyerah, padahal berdasarkan pengalaman Nadir, disiplin diet dan olahraga meningkatkan keberhasilan hamil hingga 80 persen.
Baca Juga:
Baca juga:
Ibu Vegetarian, Pahami Risiko ketika Hamil
Kanker Menurunkan Risiko Wanita untuk Hamil
Dokter dari Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri Jakarta itu juga mengingatkan kaum hawa untuk mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah. “Makanlah sayur dan buah apa saja dengan catatan, mengerem konsumsi durian karena kandungan karbohidratnya tinggi. Karbohidrat dalam durian lebih tinggi daripada nasi. Avokad boleh dikonsumsi. Lemaknya tinggi tapi alami, bagus buat Anda,” urai Nadir.
Nadir mengingatkan agar tidak mengkonsumsi kedelai. "Karena di dalamnya ada isoflavon yang salah satu fungsinya merangsang produksi hormon androgen," ujarnya.