TEMPO.CO, Jakarta - Siapapun tahu yang namanya sampah itu kotor. Tapi bagaimana dengan sampah yang kita hasilkan sendiri? Sampah dapur yang merupakan sisa-sisa bahan makanan atau masakan, sampah rumah tangga hingga yang ukuran paling kecil, seperti debu, dan lainnya. Head of Sustainable Business dan Unilever Indonesia Foundation, Sinta Kaniawati mengatakan keliru jika berpikir mengelola sampah sendiri itu kotor dan menjijikkan.
Baca juga:
Lihat, Nilai Bisnis Bank Sampah Menggiurkan
Nabung dari Bank Sampah, Hasilnya untuk Bayar BPJS
Menurut Sinta, mengelola sampah rumah tangga sebenarnya tidak susah dan tidak merepotkan. "Kuncinya adalah edukasi. Kalau orang tahu sampah itu bisa bawa keuntungan, mereka pasti mau memilah sampah," ujar Sinta di Jakarta. Mengelola sampah dapat dilakukan dari rumah, dan pada akhirnya pengelolaan sampah yang bijak dapat membantu mengurangi risiko banjir dan penyakit.
Lantaran kurang edukasi mengenai pengelolaan sampah, Sinta mengatakan, banyak orang merasa sampah rumah tangga tidak berdampak besar pada masalah sampah keseluruhan. Salah satu cara mengelola sampah dengan menguntungkan, menurut dia, adalah dengan membuat komunitas bersama para tetangga.
Sejumlah warga memilah sampah di Bang Sampah di Cililitan, Jakarta, 27 November 2015. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Baca Juga:
"Mereka punya satu tujuan, bagaimana membuat lingkungan lebih bersih dan nyaman," ucap Sinta. Dengan membuat komunitas ini, ibu rumah tangga juga dapat memastikan kalau tetangga-tetangganya tidak ada yang membuang sampah sembarangan di daerah sekitar rumah. "Kami mencoba membuka mata masyarakat kalau mereka yang mendapatkan untung dari mengelola sampah sendiri."
Sinta Kaniawati menjelaskan, Unilever bersama organisasi-organisasi lokal membantu berbagai komunitas untuk belajar mengelola sampah di rumah. Contoh sederhana, mulai dari memisahkan berbagai macam sampah, baik sampah kering dan sampah basah, sampai melakukan daur ulang.