TEMPO.CO, Jakarta - Selama berpuasa, kita sering menghadapi masalah asam lambung. Penyakit lambung tidak boleh dianggap remeh. Walaupun tidak mematikan, penyakit ini dapat menimbulkan banyak komplikasi.
Sebuah peringatan kepada kita semua bahwa walaupun tampaknya tidak berbahaya, penyakit lambung tidak boleh dianggap remeh. GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah penyakit pencernaan yang paling umum terjadi pada orang dewasa. Meningkatnya obesitas dan westernisasi di Asia membuat jumlah penderita GERD meningkat dengan cepat.
Baca Juga:
Dalam sebuah wawancara dengan Tempo, Ari Fahrial Syam, konsultan penyakit lambung dan pencernaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam keterangan tertulis dari Philips Indonesia, “Ada sebagian orang Muslim yang langsung tidur setelah sahur. Hal ini dapat menyebabkan asam lambung balik arah kembali ke kerongkongan yang pada akhirnya bisa menyebabkan masalah pada saluran cerna atas mereka.”
Selain itu, ada kebiasaan buruk lain yang juga sering dilakukan pada saat Ramadan, yaitu makan berlebihan pada saat berbuka, diikuti dengan merokok. Terlebih jika sudah mempunyai penyakit maag sebelumnya, maka hal ini meningkatkan risiko untuk terjadinya masalah pada lambung seperti dispepsia.
Baca juga:
Cara Menentukan Pola Tidur Malam yang Tepat
Penuhi Nutrisi Tubuh dengan 5 Buah Ini Saat Sahur dan Buka Puasa
Jangan Sahur dengan Makanan yang Digoreng, Ini Kata Pakar
Baca Juga:
Ari memberikan saran sebaiknya ketika berbuka, makan dengan porsi sedang, misalnya dimulai dengan makanan ringan dalam porsi kecil, lalu menunggu hingga setelah salat Magrib, sebelum melanjutkan dengan makanan utama setelah salat Magrib dan sebelum salat tarawih, tetapi tetap dengan jumlah yang tidak berlebihan.
Budaya "balas dendam" dengan berpikir untuk menggandakan makan siang dan makan malam saat berbuka harus dihindari. Membiasakan diri untuk berhenti makan dua jam sebelum tidur agar pencernaan bisa bekerja optimal. Gejala khas dari GERD adalah rasa panas di dada seperti terbakar dan ada sesuatu yang balik arah seperti ada yang mengganjal, atau disebut juga sebagai heartburn.
Namun, kriteria GERD yang berbeda telah dipublikasikan dari seluruh dunia termasuk di Asia, dengan frekuensi gejala yang berbeda, dari seminggu sekali sampai bahkan setahun sekali. Selain itu, belum ada konsensus yang membedakan GERD dari dispepsia.
Heartburn yang berhubungan dengan GERD biasanya dialami setelah makan. Gejala GERD lainnya adalah suara serak, radang tenggorokan, batuk kering kronis, terutama pada malam hari. Menurut Ari, penanganan penderita GERD pada prinsipnya adalah menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. Hal ini dapat dilakukan melalui perubahan gaya hidup, bila perlu melalui intervensi medis.
Pasien GERD disarankan untuk tidak mengkonsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat, dan meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Mereka juga disarankan untuk tidak mengkonsumsi daging dan jeroan pada saat yang bersamaan, tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas atau asam, kurangi konsumsi kafein, alcohol, dan soda.
Selain itu, hindari stres dan kendalikan berat badan hingga mencapai indeks massa tubuh ideal (IMT) serta jangan tidur sebelum 2 jam setelah makan karena bisa menyebabkan refluks asam lambung.