TEMPO.CO, Jakarta - Ada perubahan pola makan selama puasa ramadan sebulan penuh. Jika biasanya kita akan makan sebanyak tiga kali sehari, di bulan Ramadan waktu makan berkurang menjadi dua kali, itu pun hanya saat sahur sekitar pukul 4 pagi dan berbuka di pukul 6 sore.
Hal ini terkadang membuat banyak orang berpikiran bahwa saat berbuka waktunya untuk mereka mengganti makan siang mereka dengan menyantap makan saat berbuka dengan porsi dua kali lipat. Rupanya, perilaku tersebut salah. Menurut dr. Rospita Dian, Head of Medical Affairs, Johnson & Johnson Indonesia, makan berlebihan saat berbuka berbahaya untuk saluran pencernaan.
"Yang pasti kalau puasa bukan berarti makan berlebih, makannya harus tetap seimbang ada karbohidrat, protein, serat, vitamin, mineral dan terutama ada cairan. Bukan hanya saat puasa, yang namanya makan berlebihan itu adalah salah satu faktor yang bisa mencetuskan ketidaknyamanan di saluran pencernaan, seperti begah," ujar Rospita.
Artikel lainnya:
Memahami Waktu Makan Besar yang Tepat seusai Berbuka Puasa
Hindari 5 Makanan Ini saat Berbuka Puasa, Cek Alasannya
2 Jenis Lapar Saat Buka Puasa
Ilustrasi buka puasa. Shutterstock
Tak hanya membuat perut begah, makan berlebih bisa membuat otot diantara lambung dan kerongkongan tidak berjalan sesuai fungsinya. Alhasil, hal ini bisa menyebabkan meningkatkan risiko kenaikan asam lambung dan terjadinya perih di ulu hati.
"Saat kita makan terlalu banyak, lambung akan distensi atau penuh. Karena saat lambung penuh itu, ada otot di antara lambung dan kerongkongan yang mungkin nantinya tidak akan bisa menutup secara sempurna. Sehingga fungsi yang seharusnya mencegah asam lambung tidak naik ke kerongkongan itu berkurang, dan membuat asam lambung yang awalnya di lambung bisa naik ke kerongkongan dan menyebabkan gejala-gejala seperti perih di ulu hati atau begah," ujar Rospita.