TEMPO.CO, Jakarta – Hingga sekarang, penyebab penyakit lupus eritematosus sistemik belum diketahui meski ada dugaan faktor genetik, infeksi, dan lingkungan ikut berperan dalam patofisiologisnya.
Penanganan penyakit ini pun tergolong sulit. Sebab, pada keadaan awal, serangan lupus sering sekali sulit dikenali karena memiliki manifestasi atau gejala yang tidak terjadi secara bersamaan.
Baca Juga:
Di samping pada kulit, beberapa gejala lain bisa terdapat pada otot dan tulang, darah, jantung, paru-paru, dan ginjal, kendati dokter lebih kerap mengidentifikasinya dari manifestasi yang muncul pada otot dan tulang.
"Namun salah satu tantangan paling sulit dalam pengobatannya adalah bila penyakit ini diiringi sindrom neuropsikiatrik," ujar Ketua Divisi Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Iris Rengganis.
Gejala ini menjadi yang tersulit karena melibatkan begitu banyak pola gejala yang berbeda dan beberapa di antaranya mungkin menjadi tanda penyakit menular atau stroke. Adapun gangguan neurologis yang umum dialami penderita lupus adalah sakit kepala, meskipun sakit kepala pada kasus penyakit ini, kata Iris, masih menjadi kontroversi.
Sedangkan manifestasi neuropsikiatrik umum lain dari penyakit ini meliputi disfungsi kognitif, gangguan mood, penyakit serebrovaskuler, kejang polineuropati, gangguan kecemasan, psikosis, dan depresi. Dalam beberapa kasus ekstrem terjadi juga gangguan kepribadian.
Menurut dia, prevalensi lupus berbeda di tiap negara. Namun pada dekade terakhir terjadi kenaikan kasus yang berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo meski salah satu faktornya adalah kewaspadaan dokter yang meningkat.
Artikel terkait:
Memahami Lebih Jauh soal Penyakit Lupus
Mayoritas Penderita Penyakit Lupus Perempuan, Cek 10 Gejalanya
9 Gejala Lupus yang Sering Dianggap Penyakit Lain