TEMPO.CO, Jakarta - Kanker serviks adalah kanker penyebab kematian kedua terbesar perempuan Indonesia. Setiap tahun, sekitar 14 juta orang di dunia, termasuk remaja, terinfeksi virus human papillomavirus (HPV).
Guna menekan risiko kanker serviks, vaksinasi HPV merupakan upaya pencegahan primer dan merupakan investasi dan perlindungan kesehatan, khususnya remaja di masa depan, secara optimal.
Ketua Umum Himpunan Onkologi dan Ginekologi (HOGI), Andrijono, mengatakan melalui vaksinasi tersebut dapat mencegah perubahan sel serviks prakanker menjadi kanker serviks.
"Apalagi gejala memang susah dilihat, kita tak bisa tahu kalau tidak diperiksa. Bahkan dia malah tidak ada keluhan, sel kanker itu hidup di dalam sel tubuh tanpa merusak sel dalam tubuh," katanya di Jakarta, Rabu, 25 April 2018.
Artikel terkait:
Memahami Lebih dalam soal Kanker Leher Rahim
Kanker Serviks Ternyata Pembunuh Wanita Nomor 1 di Indonesia
Kanker Serviks, Apa Gejala dan Pengobatannya?
Berdasarkan data International Agency for Research Center, Globocan 2012, tingkat kanker serviks di Indonesia masih sangat tinggi. Bahkan, Kementerian Kesehatan mengungkapkan setidaknya terdapat 15.000 kasus perempuan Indonesia terinveksi kanker serviks setiap tahunnya. Padahal, kanker serviks merupakan kanker yang dapat dicegah dengan vaksinasi.
Kanker ini sebagian besar disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui hubungan seksual, yaitu human papillomavirus (HPV). Virus ini menyerang dengan cara menularkan infeksi pada perempuan melalui hubungan seksual atau kontak langsung dengan area genital, yang menyebabkan pertumbuhan sel abnormal pada mulut rahim atau serviks.
Untuk pencegahan dilakukan dengan vaksinasi yang biasanya dilakukan saat anak berusia 9-10 tahun. Pemberian vaksin pada anak usia 10-13 tahun adalah dua dosis, usia 16-18 tahun atau remaja akhir, diberikan 3 dosis. Adapun jarak vaksinasi 1-6 bulan antara masing-masing dosis penyuntikan.