TEMPO.CO, Jakarta - Memberikan Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah terindah seorang ibu karena ASI memiliki gizi dan vitamin yang tidak dimiliki makanan lain. ASI memiliki berbagai manfaat yang sangat berguna untuk perkembangan anak, antara lain membantu pertumbuhan otak bayi dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Ditambah lagi, selama memberikan ASI, hubungan erat antara ibu dan anak akan semakin terbentuk, sehingga dapat mendukung perkembangan emosi dan psikologi anak. Meski begitu, cepat atau lambat, para ibu harus tahu cara menyapih atau menghentikan anak untuk menyusu dari payudara dan memperkenalkan mereka ke makanan lain.
Di Indonesia umumnya anak-anak mulai disapih ketika berusia dua tahun. Namun, sebenarnya pada usia berapakah anak-anak harus mulai disapih? Menurut dokter anak dan konsultan laktasi dr. Wiyarni Pambudi, semakin lama ibu memberikan ASI, maka semakin dekat pula hubungan antara ibu dan anak secara emosional.
“Jangan takut untuk sulit disapih dengan mitos-mitos yang ada kalau lama mengkonsumsi ASI anak jadi manja,” katanya. “Menyusui itu membantu ibu lebih cermat memantau milestone anak.”
Wiyarni menjelaskan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi anjuran bahwa pemberian ASI oleh ibu sebaiknya hingga anak berusia dua tahun atau lebih.
“Rata-rata usia menyapih adalah dua sampai lima tahun, jadi jangan risau kalo setelah ulang tahun anak ke-3 kok masih menyusu,” jelas Wiyarni.
Baca juga:
Strategi agar Produksi ASI Berlimpah
Saatnya Menyapih, Masa Menyusui pun Segera Berakhir
3 Bentuk Dukungan Suami pada Istri yang Sedang Menyusui
Menurutnya, walau pun sudah lewat dari dua tahun, kandungan gizi dalam ASI tetap banyak, terutama protein, lemak, dan vitamin. Selain itu, semakin lama disusui, maka semakin baik pula kondisi mental anak.
“Anak-anak yang disusui lebih lama biasanya memiliki rasa percaya diri lebih baik dan mandiri lebih cepat,” katanya. “Banyak perilaku sosial buruk yang bisa kita cegah dengan ASI.”
Sementara itu, Wiyarni menegaskan bahwa dalam menyapih anak, tidak boleh ada unsur paksaan. “Menyapih anak harus weaning with love atau menyapih dengan kesepakatan antara ibu dan anak,” kata Wiyarni.
“Misal, begitu usia dua tahun, si anak makannya sudah oke dan menyusu hanya untuk kenyamanan, maka kita harus menyiapkan weaning,” tambahnya.