TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa ibu pernah mengalami sedikit konflik dengan anak di pagi hari. Penyebabnya entah karena anak terlambat bangun, waktu mandi yang berlarut-larut, atau si kecil kurang cocok dengan menu sarapan yang dihidangkan di meja makan.
Penyebab lainnya bisa jadi bukan berasal dari anak, namun dari ibu sendiri. Misalnya ketidaksiapan menjadi ibu, ada masalah lain yang membebani ibu, seperti kesal terhadap pasangan sehingga pelampiasannya ke anak. Jika sudah begini, tak jarang ibu mengandalkan ayah sebagai mediator konflik.
Baca juga: Tingkah Laku Menunjukkan Potensi Anak
Namun menurut psikolog anak dari Tiga Generasi, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, ibu juga harus mampu mengendalikan emosi dan jangan mudah tersulut dengan tingkah anak. Apalagi ketika anak masih kecil hingga remaja, peran ibu untuk memahami anak akan lebih besar.
Sebab itu, ibu harus bisa mengatur ekspektasi dan merespons perilaku anak dengan lebih spesifik, mengingat karakter setiap anak berbeda. Di sisi lain, ayah sebaiknya tidak menganggap tugas mengurus rumah tangga termasuk menyiapkan anak sebelum berangkat sekolah di pagi hari sebagai tugas istri. Agar lebih efektif dan meminimalkan drama, lakukanlah persiapan bersama-sama.
Baca juga: Aktivitas Pagi yang Teratur Kurangi Konflik Ibu vs Anak
Kekompakan ayah dan ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menurut Vera, akan memberi manfaat ganda. Selain menjadi contoh yang baik, juga memberikan perasaan nyaman dan tenang pada anak sehingga ia akan lebih dekat dengan kedua orang tua. “Sebab di tahap usia perkembangan manapun, sebaiknya anak dekat dengan kedua orang tuanya,” ujarnya.
Tak lupa Vera mengingatkan agar hati-hati dalam penyelesaian konflik, jika caranya salah membentuk karakter anak di masa mendatang. Menyelesaikan drama dengan cara kekerasan akan memberikan dampak jangka panjang bagi buah hati Anda. Anak belajar dengan mengamati bagaimana orang-orang di sekitarnya menyelesaikan masalah dan bagaimana ia diperlakukan oleh orang tuanya sendiri.
Baca juga: Orang Tua Selingkuh Ada Kemungkinan Anak Juga Selingkuh
“Jika terbiasa melihat kekerasan atau diperlakukan kasar, maka anak akan belajar bahwa begitulah bentuk hubungan antara orang tua dan anak sehingga ia akan menerapkan pola itu saat menjadi orang tua kelak,” tutur psikolog kelahiran Jakarta, 29 Maret.